Sukses

BMKG Sebut Kemarau Basah Jadi Fenomena Tidak Biasa, Waspadai Dampaknya

Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, kemarau basah merupakan fenomena cuaca yang tidak biasa, di mana musim kemarau yang biasanya kering dan panas, tetapi masih mengalami hujan atau kelembaban yang signifikan.

Diperbarui 26 Mei 2025, 16:59 WIB Diterbitkan 26 Mei 2025, 16:54 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Wilayah Indonesia mulai memasuki Musim Kemarau secara bertahap atau mengalami masa Pancaroba pada Maret, April, dan Mei. Di sisi yang lain, walaupun mulai musim kemarau, namun di beberapa wilayah masih terdapat hujan yang sedang atau bahkan lebat, disertai angin kencang, kilat dan petir.

"Fenomena ini lebih umum disebut Kemarau Basah," kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto kepada Liputan6.com, Senin (26/5/2025).

Dia menjelaskan, kemarau basah adalah fenomena cuaca yang tidak biasa, di mana musim kemarau yang biasanya kering dan panas, tetapi masih mengalami hujan atau kelembaban yang signifikan.

Berikut beberapa definisi dan karakteristik kemarau basah :

  • Musim Kemarau dengan Hujan: Kemarau basah adalah kondisi di mana musim kemarau yang biasanya kering, tetapi masih mengalami hujan atau kelembaban yang signifikan.
  • Kelembaban Tinggi: Selama kemarau basah, kelembaban udara masih relatif tinggi, sehingga dapat menyebabkan kondisi yang tidak biasa bagi musim kemarau.
  • Dampak pada Pertanian: Kemarau basah dapat memiliki dampak pada pertanian, termasuk perubahan pola tanam dan hasil panen.
  • Fenomena Tidak Biasa: Kemarau basah adalah fenomena tidak biasa yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak stabil.

 

2 dari 4 halaman

Ciri-Ciri dan Dampak Kemarau Basah

Kemarau basah dapat memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor, termasuk pertanian, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk memantau kondisi cuaca dan melakukan perencanaan yang tepat untuk menghadapi kemarau basah.

Musim kemarau 2025 diprediksi lebih pendek karena beberapa faktor, meskipun ENSO (El Nino-Southern Oscillation) dalam kondisi normal. Berikut beberapa alasan yang mungkin menyebabkan musim kemarau lebih pendek.

  1. Kondisi La Nina Lemah: Awal tahun 2025 diprediksi akan mengalami La Nina lemah, yang dapat meningkatkan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia.
  2. Suhu Laut yang Meningkat: Suhu laut yang meningkat dapat mempengaruhi pola curah hujan, tetapi dalam kasus ini, tidak menyebabkan kemarau panjang karena kondisi ENSO yang netral.
  3. Prediksi Curah Hujan Normal: Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan normal hingga atas normal pada tahun 2025, sehingga musim kemarau tidak terlalu panjang.

 

3 dari 4 halaman

Prediksi Musim Kemarau 2025

Efek musim kemarau yang lebih pendek terhadap Indonesia dapat berupa, antara lain :

  1. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan: Curah hujan yang normal hingga atas normal dapat mendukung peningkatan produktivitas tanaman pangan di wilayah-wilayah sentra pangan.
  2. Potensi Bencana Hidrometeorologi: Namun, perlu diwaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor, terutama pada periode awal tahun yang beririsan dengan periode musim hujan.
  3. Pengelolaan Sumber Daya Air: Penting untuk mengoptimalkan fungsi infrastruktur sumber daya air, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase dan tampungan air, untuk mencegah terjadinya banjir dan memanfaatkannya saat musim kemarau.

Dalam beberapa wilayah, seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, perlu diwaspadai kondisi hari tanpa hujan yang berkepanjangan.

"Oleh karena itu, penting untuk melakukan antisipasi dan pengelolaan yang tepat untuk menghadapi potensi dampak iklim ini," dia menandaskan.

4 dari 4 halaman

Infografis

OSZAR »