Liputan6.com, Yerusalem - "Gaza adalah milik Palestina dan harus menjadi bagian dari negara Palestina di masa depan," kata mantan perdana menteri Israel Ehud Olmert saat berpidato di People’s Peace Summit atau KTT Perdamaian Rakyat sayap kiri di International Convention Center (Pusat Konvensi Internasional) di Yerusalem, bersama mantan menteri luar negeri Otoritas Palestina Nasser Al-Kidwa.
Olmert dan Al-Kidwa membahas kerangka kerja perdamaian mereka, yang pertama kali mereka luncurkan tahun 2024 lalu, dan sedang mereka promosikan bersama. Kerangka kerja tersebut bertujuan untuk mencapai solusi dua negara berdasarkan perbatasan Israel sebelum tahun 1967 dengan negara-negara tetangganya, dengan pertukaran tanah.
Baca Juga
Meskipun mengakui bahwa konsep tersebut tidak populer dalam iklim politik saat ini, Olmert mengatakan bahwa "hanya solusi dua negara yang merupakan resep untuk perubahan dramatis dalam arah negara kita dan seluruh wilayah."
Advertisement
Olmert berpendapat bahwa Israel telah mencapai apa yang dapat dicapainya secara militer di Gaza "sejak lama" dan bahwa perang harus segera dihentikan.
"Para sandera seharusnya sudah kembali," kata mantan PM ke-12 Israel itu seperti dikutip dari Times of Israel, Selasa (13/5/2025).
"Kita harus menarik diri dari Gaza," imbuh PM Israel era 2006-2009. "Gaza adalah milik Palestina dan bukan Israel. Gaza harus menjadi bagian dari negara Palestina."
Adapun Olmert menyerukan pasukan keamanan sementara untuk memastikan Hamas tidak kembali berkuasa, dan pemerintahan baru yang terkait dengan Otoritas Palestina yang dapat membangun kembali Gaza tanpa melibatkan kelompok teror tersebut. Menurut mantan perdana menteri tersebut, hal ini dapat dicapai dalam kerangka normalisasi hubungan yang komprehensif untuk seluruh wilayah.
"Pada tahun 1977, ketika [partai] Likud memasuki pemerintahan untuk pertama kalinya, tidak seorang pun percaya bahwa Menachem Begin akan berdamai dengan Mesir dan Israel akan menarik diri dari Sinai, tetapi itu terjadi," kata Olmert.
"Kita semua memahami bahwa kita membutuhkan situasi baru di Gaza," kata Kidwa.
"Tidak seorang pun akan melakukan pekerjaan itu atas nama kita; kita perlu melakukan pekerjaan itu dan orang-orang dari luar negeri dapat membantu kita,"Â ucap Kidwa seraya menambahkan bahwa setiap orang perlu berbuat lebih banyak untuk ini.