Liputan6.com, Jeddah - Di antara rombongan Kloter KJT 20 yang tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah pada Minggu malam, 25 Mei 2025, sosok Angki Prasetio cukup menarik perhatian. Dengan rambut keriting mengembang, dia mendampingi ibunya, Eliyani, menunaikan ibadah haji yang sudah dinantikan sejak mendaftar pada 2013.
"Sebenarnya saya gantiin bapak almarhum. Dia daftar di 2013 bareng ibu," katanya kepada Liputan6.com yang tergabung dalam Media Center Haji 2025 di Jeddah.
Baca Juga
Sang bapak meninggal pada 2019. Saat mendapat nomor porsi, kedua orangtua Angki awalnya dijadwalkan naik haji pada 2023. Namun karena pandemi Covid-19, jadwal pun bergeser ke 2026. "2024 enggak ada panggilan, baru 2025 ini masuk," ujar Eliyani yang berasal dari Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.Â
Advertisement
Pengumuman itu baru ia terima pada pertengahan Maret 2025, saat bulan Ramadan. Dalam waktu yang mepet dengan jadwal keberangkatan, ia dan putranya mengaku cukup terburu-buru menyiapkan segala perlengkapan dan ilmu untuk haji mandiri di Tanah Suci.
"Bekal perlengkapan pakaian, pakaian untuk haji. Kalau makanan, secukupnya aja karena takut kopernya enggak cukup karena kan dikilo (ditimbang)," ujarnya lagi, di paviliun Terminal Haji sambil menunggu keberangkatan dengan bus dari bandara menuju Makkah. Persiapan lebih juga dilakukan oleh sang putra, terutama terkait dokumen dan urusan ibadah haji.
Â
Menjadi Haji Mandiri
Semua dilakukan Angki dan ibunya secara mandiri dan terburu-buru mengingat waktu keberangkatan yang sangat mepet. "Saya hitungannya cadangan. Jadi ya untuk ngurus dokumen dan persiapan untuk hajinya sendiri, ya terlalu ini ya terlalu sempit waktunya. Buat saya pribadi ya karena saya mandiri," ucapnya.
Menurut Angki, jika ia mendapat waktu lebih, kemungkinan besar akan ikut Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Menurutnya, mereka bisa mendapat informasi terbaru lebih cepat dan detail dan bimbingan ibadah haji yang lebih komprehensif. Karena mandiri, ia dituntut lebih aktif mencari informasi kepada pihak-pihak berwenang.
Kebingungan sempat dialaminya mengingat ini adalah ibadah haji pertama buatnya dan sang ibu. "Secara informasi, saya harus lebih update untuk arahan, yang berikutnya harus ke mana, harus ngapain, karena enggak punya rundown atau jadwal kegiatan yang harus dilakukan berikutnya," ujarnya.
Sumber informasi andalannya adalah ketua kelompok terbang (kloter) dan ketua regu. Setiap waktu ia meminta informasi terbaru tentang apa yang harus dilakukan berikutnya. "Nanti saya langsung menyampaikan ke Ibu untuk saling mengingatkan. Saya tetap mendampingi," sambungnya.
Advertisement
Diminta Kakak Adik Dampingi Ibu
Di luar kerumitan pengurusan haji mandiri, Angki dan sang ibu sangat senang bisa menunaikan rukun Islam ke-5 itu bersama-sama. "Masya allah, saya sangat seneng banget," ucap Eliyani dengan tatapan berbinar.
Sementara itu, Angki merasa memiliki tanggung jawab lebih mendampingi ibundanya menunaikan ibadah haji tahun ini. Ia menjelaskan bahwa permintaan mendampingi sang ibu datang dari keempat saudaranya yang lain.
"Saya dihubungin sama kakak dan adik-adik, diminta untuk mendampingi ibu," kata anak kedua dari lima bersaudara yang semuanya lelaki.
Di waktu yang sama, Angki tak terlalu memusingkan pekerjaan yang harus ditinggalkannya sementara ia beribadah di tanah suci. Sebagai freelancer, waktunya lebih fleksibel. Begitu pula dengan jadwal kuliahnya yang bulan ini masuk libur panjang.
Sejauh ini, ia mengaku belum menghadapi kesulitan berarti dalam mendampingi ibunya. Urusan ke toilet atau kebutuhan khusus jemaah haji perempuan, kata dia, bisa dibantu oleh petugas haji perempuan.
"Untuk saat ini belum ada dan jangan sampai ya ada apa-apa. Kebetulan di awal sampai sekarang itu ada pendamping-pendamping yang selalu mengarahkan 'untuk yang perempuan sebelah sini'. Tapi untuk di kamar mandinya, saya enggak tahu ya seperti apa," cetusnya.
Tanggung Jawab pada Ibu
Pendampingan darinya sangat dibutuhkan sang ibu selama menjalankan rangkaian ibadah haji dan umrah. Mengingat usia Eliyani yang sudah masuk kategori lansia, ditambah ada kondisi medis 'saraf kejepit', sang ibu, kata dia, tak bisa lama-lama berjalan.
"Karena punya saraf kejepit. Jadi kambuh-kambuhan. Kalau terlalu capek berdiri lama atau terlalu lama ya harus ditopangin," ujarnya. "Kalau dari ibu sendiri, pengen nyoba mandiri dulu ya sekuatnya. Nanti kalau nggak kuat sai, ya mungkin baru dibantu," imbuhnya.
Selama menunggu arahan petugas haji, Angki tak melepaskan genggaman tangannya dari sang ibu. Pasangan ibu dan anak itu terlihat begitu dekat sekaligus siap menghadapi tantangan haji bersama-sama tahun ini. "Selain di kegiatan seperti ini pun, ya kita anak laki-laki tanggung jawab sama ibu ya," ucapnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), jumlah jemaah haji yang sudah tiba di Arab Saudi pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 14.00 WAS adalah 177.233 orang dengan 165.447 orang di antaranya sudah tiba di Makkah. Sementara, jumlah jemaah haji yang sudah menerima kartu nusuk mencapai 95 persen dari jumlah yang sudah tiba di tanah suci.
"Catatan dari Arab Saudi, ada 176,437 dari 185.075 jemaah haji Indonesia yang sudah tiba di Tanah Suci, baik reguler maupun khusus, sudah menerima kartu Nusuk," kata Konsul Haji pada KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam di Makkah, Senin, 26 Mei 2025.
Advertisement