Liputan6.com, Jakarta - Pengamat emas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan harga emas dunia terus menunjukkan tren penguatan yang signifikan pada perdagangan hari ini. Saat ini, logam mulia tersebut diperdagangkan di level USD 3.243 per troy ons, dan diperkirakan berpotensi menembus level USD 3.300 jika tren ini berlanjut.
"Dalam perdagangan hari ini malam ini terus mengalami penguatan saat ini ditransaksikan di USD3.243 ons per troy ada kemungkinan besar harga emas dunia ini akan ke level USD3.274, ya kemungkinan kalau seandainya mengena di USD3.274 ada kemungkinan besar harga emas dunia itu akan tembus level USD3.300," kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Senin (19/5/2025).
Baca Juga
Kenaikan ini tidak lepas dari berbagai faktor global yang menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan. Salah satu pemicu utama adalah keputusan lembaga pemeringkat kredit Moody's yang menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat dari sebelumnya AAA menjadi AA1.
Advertisement
"Apa yang menyebabkan harga emas dunia terus mengalami penguatan yang cukup signifikan dalam minggu ini salah satunya adalah modis menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat menjadi A besar A kecil satu dari sebelumnya A triple A kecil," ujarnya.
Menurutnya, langkah ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap tingginya utang pemerintah AS dan pengeluaran fiskal yang dinilai berlebihan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait stabilitas ekonomi AS yang dianggap sebagai "bom waktu" oleh sebagian pelaku pasar.
"Nah, kita melihat bahwa kenapa modis menurunkan peringkat kredit tersebut ya dikarenakan kekhawatiran atas tingginya tingkat utang pemerintah dan pengeluaran fiskal yang berlebihan yang memicu kekhawatiran baru atas apa yang banyak orang lihat ya sebagai bom waktu utang bagi ekonomi di Amerika," jelasnya.
Â
Faktor Pemicu Tren Kenaikan Harga Emas Dunia
Selain itu, kondisi geopolitik yang memanas turut menjadi faktor pendorong penguatan harga emas. Di Timur Tengah, ketegangan terus meningkat akibat gempuran militer Israel ke Jalur Gaza, yang memicu kecaman dari berbagai negara di kawasan tersebut. Ambisi Israel untuk menguasai wilayah itu sepenuhnya menambah tekanan situasi.
"Kita melihat bahwa geopolitik di Timur Tengah ya terus menjadi jadi dimana militer Israel terus melakukan gempuran-gempuran ya terhadap Jalur Gaza dan memang ingin menguasai Jalur Gaza 100% sepenuhnya sehingga mendapatkan kecaman-kecaman dari negara-negara Timur Tengah," ujarnya.
Sementara itu, di Eropa Timur, eskalasi konflik Rusia-Ukraina kembali meningkat pasca gencatan senjata. Serangan drone besar-besaran dari Rusia ke wilayah Ukraina menunjukkan bahwa ketegangan di kawasan tersebut masih jauh dari usai.
Â
Advertisement
Pernyataan AS terhadap Korea Utara
Di Asia Timur, ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara kembali mencuat. Pernyataan dari pihak AS telah mendorong pemimpin Korea Utara untuk mempersiapkan pasukan militernya, meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik terbuka di Semenanjung Korea sebuah kawasan yang sejak lama berada dalam status siaga perang.
Mengingat sejarah Perang Korea yang terjadi dulu itu mampu menewaskan ya hampir 5-7 juta prajurit, baik dari Korea Utara, Korea Selatan, Amerika maupun Tiongkok. Situasi ini menimbulkan kecemasan tersendiri bagi para investor global.
"Nah, sehingga apa? sehingga kalau seandainya eksalasi terjadi kembali di Timur Tengah ini akan cukup luar biasa ya dasyatnya ini yang membuat harga emas dari perdagangan pagi sampai pasar Eropa terus mengalami kenaikan," pungkasnya.