Sukses

Makna Lagu Sunday Bloody Sunday, dari U2: Seruan Damai, Nada Perang dan Luka Sejarah

Sunday Bloody Sunday, lagu milik U2 ini mengenang tragedi “Bloody Sunday” di Irlandia Utara, ketika militer Inggris menembaki demonstran damai, sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan.

Diperbarui 20 Mei 2025, 19:00 WIB Diterbitkan 20 Mei 2025, 19:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Dirilis pada 21 Maret 1983 sebagai single ketiga dari album War, lagu “Sunday Bloody Sunday” menjadi tonggak penting dalam sejarah U2. Dibuka dengan dentuman drum yang menyerupai irama barisan militer dan dihiasi gesekan biola elektrik yang mencekam, lagu ini langsung mencengkeram emosi pendengarnya.

Nuansa musikalnya keras, mentah, namun penuh harmoni, seakan mencerminkan isi lirik dengan makna lagu yang menggelora: jeritan batin atas kekerasan yang terus berulang di tanah kelahiran mereka.

Lagu ini lahir dari keresahan mendalam sang gitaris, the Edge, yang kala itu tengah bergumul dengan kebuntuan pribadi dan keraguan terhadap kemampuannya sendiri.

Dari keresahan itulah muncul kerangka awal lagu ini, sebelum akhirnya Bono menyempurnakan liriknya dan mereka merekamnya di Windmill Lane Studios, Dublin.

Kisah di balik proses kreatif lagu ini tak kalah menarik. Dari perdebatan soal penggunaan click track oleh drummer Larry Mullen Jr., hingga pertemuan tak sengaja dengan seorang pemain biola di halte bus yang akhirnya menyumbangkan warna baru dalam aransemen lagu.

Namun, bukan hanya proses kreatif yang membuat “Sunday Bloody Sunday” abadi. Lagu ini menolak untuk memihak. U2 secara tegas menolak kekerasan dari pihak manapun, baik dari militer Inggris maupun kelompok seperti IRA.

Sikap ini sempat memicu kontroversi, termasuk saat mereka menarik diri dari parade Hari St. Patrick di New York karena kemungkinan pengangkatan Bobby Sands sebagai marshal kehormatan. Tapi dari keputusan itulah, tercermin tekad U2 untuk tetap berada di jalur kemanusiaan, bukan ideologi.

 

2 dari 5 halaman

Merujuk pada Bloody Sunday 1972 dan Peristiwa Serupa di Tahun 1920

Dalam liriknya, lagu ini tidak hanya merujuk pada peristiwa Bloody Sunday 1972 di Derry, tapi juga menggugah memori kolektif akan peristiwa serupa di tahun 1920. Namun, fokusnya bukan pada fakta sejarah semata, melainkan pada rasa muak dan putus asa seorang manusia biasa yang menyaksikan kekerasan terus berulang.

Kalimat pembuka, “I can’t believe the news today,” menjadi cermin keputusasaan generasi muda Irlandia atas siklus dendam yang tak kunjung usai.

Di bagian refrain, suara Bono menyuarakan harapan lewat pertanyaan retoris: “How long must we sing this song?”

Menariknya, lagu ini juga menyisipkan referensi religius dari kitab Injil untuk menyampaikan pesan perdamaian (dari penggalan kitab Matius hingga Wahyu) sekaligus menutupnya dengan ajakan yang bernuansa spiritual: “Claim the victory Jesus won... on a Sunday, Bloody Sunday.”

Secara musikal, struktur lagu ini disusun dengan cerdas: verse yang agresif dan bernada minor: mencerminkan kemarahan dan luka. Sementara bagian chorus beralih ke harmoni mayor yang membuka ruang untuk harapan. Kombinasi ini menciptakan dinamika emosional yang menjadikan lagu ini lebih dari sekadar protes, ini adalah doa dan jeritan sekaligus.

Tak heran jika “Sunday Bloody Sunday” terus menjadi lagu wajib di panggung-panggung konser U2 dan diakui sebagai salah satu lagu protes terbaik dalam sejarah musik. Lagu ini bahkan menempati posisi ke-268 dalam daftar “500 Lagu Terbaik Sepanjang Masa” versi Rolling Stone pada 2004.

Lebih dari selusin artis telah membawakan lagu ini dalam versi mereka masing-masing, menandakan daya gaung dan relevansi pesan yang masih hidup hingga kini.

 

3 dari 5 halaman

Makna dan Fakta Lagu Sunday Bloody Sunday dari U2: Seruan Damai dari Sebuah Tragedi

"Sunday Bloody Sunday" bukan sekadar lagu rock berirama militer yang menghentak. Lagu ini merupakan salah satu karya paling ikonik dari U2 yang menyuarakan kepedihan, kemarahan, dan seruan perdamaian atas tragedi berdarah dalam sejarah Irlandia Utara.

Judul lagu ini merujuk pada dua peristiwa kelam yang disebut “Bloody Sunday” dalam sejarah Irlandia. Pertama, tragedi tahun 1920 ketika pasukan Inggris menembaki penonton pertandingan sepak bola di Dublin sebagai balasan atas pembunuhan agen rahasia Inggris.

Kedua, dan yang paling berdampak pada vokalis U2, Bono, adalah peristiwa 30 Januari 1972, saat 13 warga sipil ditembak mati oleh tentara Inggris dalam unjuk rasa damai di Derry, Irlandia Utara. Saat itu, Bono baru berusia 11 tahun.

Meski berangkat dari tragedi politik, lirik "Sunday Bloody Sunday" disusun sebagai kecaman universal terhadap kekerasan tanpa berpihak pada kelompok mana pun. Lagu ini tidak mengajak pendengar untuk memilih sisi, melainkan untuk merenung dan menyerukan perdamaian.

Bono sendiri pernah menegaskan saat tampil di Red Rocks, Colorado, pada 1983, “This is not a rebel song,” sebuah disclaimer yang terus ia ulangi demi mencegah lagu ini dimanfaatkan oleh kepentingan politik tertentu.

Sebelumnya, Bono sempat menulis lirik yang secara eksplisit mengutuk kelompok militan IRA (Irish Republican Army), namun kemudian mengubah pendekatannya agar lebih universal dan humanis. Ia ingin lagu ini menjadi jembatan, bukan bahan bakar konflik.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Simbolisme, Aksi Panggung, Kekuatan Musik dan Produksi

Salah satu simbol paling kuat dari lagu ini adalah ketika Bono mengibarkan bendera putih saat tampil membawakan lagu ini sebagai lambang perdamaian. Aksi ini terekam dalam video konser Live at Red Rocks: Under a Blood Red Sky yang diabadikan pada 5 Juni 1983 di Colorado.

Penampilan tersebut menjadi momen ikonik yang membantu membentuk citra U2 sebagai band dengan misi sosial dan pesan moral yang kuat.

Versi lain yang direkam pada Rockpalast Festival di Jerman pada 20 Agustus 1983 dimasukkan ke dalam album live Under A Blood Red Sky.

Secara musikal, lagu ini ditopang oleh permainan drum Larry Mullen Jr. yang menyerupai irama barisan militer.

“Semua alat musik berguna untuk cinta dan semangat. Tapi hanya satu yang penting dalam perang: drum,” tulis Bono dalam bukunya, Surrender.

Bahkan, drum untuk lagu ini direkam di tangga studio mereka di Dublin demi mendapatkan gema alami yang kuat, berkat ide produser Steve Lillywhite.

Judul lagu dan ide awal berasal dari sang gitaris, The Edge, yang memang ingin membuat lagu tentang konflik Irlandia Utara, atau yang dikenal sebagai “The Troubles.”

Namun, Bono sendiri mengakui bahwa lirik pembuka lagu, "I can't believe the news today," terinspirasi secara tidak sadar dari lirik John Lennon di lagu “A Day In The Life” milik The Beatles.

Menariknya, John Lennon sendiri sempat menulis lagu berjudul sama, “Sunday Bloody Sunday,” pada 1972.

 

5 dari 5 halaman

Perjalanan dan Warisan serta Pengaruh dan Pengakuan

“Sunday Bloody Sunday” dirilis sebagai single ketiga dari album War (1983), setelah “New Year’s Day” dan “Two Hearts Beat As One.” Meski tidak langsung menjadi hit besar di tangga lagu, tembang ini menjadi favorit dalam konser-konser U2 dan ikut membentuk reputasi mereka sebagai band dengan penampilan live yang kuat dan penuh semangat.

Lagu ini bahkan dimainkan secara emosional dalam konser di Denver pada 8 November 1987, hari yang sama dengan terjadinya pemboman Enniskillen oleh IRA yang menewaskan 13 orang. Kemarahan dan kesedihan atas tragedi itu terasa dalam penampilan mereka malam itu.

Seiring waktu, “Sunday Bloody Sunday” tetap relevan. Konflik di Irlandia Utara mulai mereda usai ditandatanganinya Good Friday Agreement pada 1998, namun lagu ini tetap menjadi pengingat bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar.

Lagu ini juga muncul dalam film Bloody Sunday (2002), sebuah drama dokumenter yang merekonstruksi peristiwa tragis 30 Januari 1972.

Bahkan, The Edge pernah mengakui pengaruh besar band punk Inggris The Clash terhadap lahirnya lagu ini. Saat menginduksi The Clash ke Rock and Roll Hall of Fame pada 2003, ia berkata, “Tak diragukan lagi, ‘Sunday Bloody Sunday’ takkan pernah ditulis jika bukan karena The Clash.”

Lebih dari 40 tahun sejak pertama kali dirilis, “Sunday Bloody Sunday” tetap menjadi lagu yang menyuarakan luka sejarah, refleksi moral, dan mimpi tentang damai yang belum sepenuhnya terwujud—sebuah warisan abadi dari U2 untuk dunia.

EnamPlus
OSZAR »