Sukses

Saham Gap Anjlok 20% Usai Bocorkan Hitungan Dampak Tarif AS ke Penjualan

Saham Gap, yang memiliki merek seperti Banana Republic dan ON, diperdagangkan pada harga USD 22,44. Saham ini anjlok 20 persen pada perdagangan bursa di Jumat.

Diperbarui 01 Jun 2025, 08:30 WIB Diterbitkan 01 Jun 2025, 08:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Saham merek pakaian asal AS, Gap anjlok 20% pada penutupan perdagangan Jumat (30/5/2025). Mengutip Economic Times, Minggu (1/6/2025) penurunan saham Gap terjadi setelah memperingatkan bahwa tarif AS akan menekan laba tahun ini, bahkan saat pembuat pakaian itu bermaksud untuk mengurangi dampak dengan mendiversifikasi rantai pasokan dan berinvestasi pada kapas AS.

Gap menegaskan kembali prakiraan tahunannya yang tidak mencakup biaya terkait tarif tetapi menandai pengeluaran hingga USD 300 juta atau Rp 4,8 triliun, yang menurut analis akan membebani margin Gap hingga paruh kedua tahun ini dan hingga 2026.

Saham Gap, yang memiliki merek seperti Banana Republic dan ON, diperdagangkan pada harga USD 22,44. Saham tersebut telah melonjak 30% selama bulan Mei 2025, karena investor fokus pada upaya perusahaan untuk meningkatkan inovasi produk dan operasi toko.

Setidaknya tiga pialang memangkas target harga saham, dengan Jefferies memangkasnya paling banyak, menjadi USD 26 dari USD 29.

"Menurut pandangan kami, Banana Republic dan Athleta kemungkinan besar membutuhkan banyak investasi ulang untuk mendorong penjualan yang sebanding dan ekspansi margin yang positif secara konsisten," kata analis di UBS, Jay Sole.

Kebijakan perdagangan terbaru Presiden AS Donald Trump telah menghambat rantai pasokan dan menaikkan harga kebutuhan pokok sehari-hari.

Beberapa pengecer termasuk Best Buy telah memperhitungkan tarif dan beberapa lainnya telah menarik perkiraan mereka. Namun, perusahaan pakaian seperti Gap telah mengecualikan dampak dari prospek mereka, dengan alasan kebijakan tarif impor yang terus berkembang.

2 dari 3 halaman

S&P 500 dan Nasdaq Lesu Usai Komentar Trump Terkait Perdagangan China

Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami pergerakan beragam pada penutupan perdagangan Jumat (30/5/2025), ketika investor menepis kekhawatiran perang dagang setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan China melanggar perjanjian perdagangan pendahuluannya.

Mengutip CNBC International, Sabtu (31/5/2025) indeks S&P 500 secara keseluruhan turun tipis 0,01% hingga berakhir pada 5.911,69. Nasdaq Composite juga turun 0,32% menjadi 19.113,77.

Sementara itu, indeks Dow Jones IndustrTrumial Average naik 54,34 poin, atau 0,13%, hingga berakhir pada 42.270,07.

Sesi perdagangan hari Jumat menandai berakhirnya bulan perdagangan Mei yang kuat, dengan sebagian besar reli menyusul pengumuman kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris.

Investor berharap perkembangan itu dapat membuka jalan bagi lebih banyak perjanjian dagang AS dengan negara-negara lain yang menghadapi kenaikan bea masuk.

3 dari 3 halaman

S&P 500 Naik 6,2% Selama Bulan Mei 2025

Sepanjang bulan Mei 2025, S&P 500 telah naik 6,2%, sementara Nasdaq melonjak 9,6%. Keduanya mencatat bulan terbaik sejak November 2023.

Adapun Dow Jones yang terdiri dari 30 saham juga naik 3,9% pada bulan tersebut.

Selama seminggu, S&P 500 melonjak 1,9%, sementara Dow yang terdiri dari 30 saham naik 1,6%. Nasdaq yang didominasi saham teknologi naik 2%.

Pasar saham AS awalnya anjlok pada sesi perdagangan hari Jumat setelah Trump mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa China "melanggar" perjanjian perdagangannya saat ini dengan AS.

Kemudian pada hari perdagangan tersebut, sebuah laporan Bloomberg, yang mengutip sejumlah sumber mengatakan bahwa AS berencana untuk memperluas pembatasan pada sektor teknologi China.

Langkah itu diputuskan setelah Menteri Keuangan AS Bessent mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News bahwa pembicaraan perdagangan AS-China "agak macet".

Produksi Liputan6.com
OSZAR »