Sukses

Peksimoi, Kesenian Bernapaskan Islam

Pada 2018, peksimoi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Yogyakarta. Kesenian ini masuk dalam domain Seni Pertunjukan.

Diperbarui 31 Mei 2025, 18:00 WIB Diterbitkan 31 Mei 2025, 18:00 WIB

Liputan6.com, Yogyakarta - Peksimoi adalah kesenian yang berasal dari Dusun Soka Wetan, Merdikorejo, Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Nama peksimoi merupakan kependekan dari Persatuan Kesenian Islam Main Olahraga Bela Diri.

Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, peksimoi merupakan tarian yang dikenalkan oleh ulama KH Nahrowi. Perkembangannya dimulai sekitar 1954.

Sosok KH Nahrowi dikenal sebagai salah satu ulama yang ikut membangun Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning. Ia menyiarkan agama islam di wilayah utara.

Tari peksimoi merupakan kumpulan gerakan bela diri yang diiringi instrumen. Setiap instrumen dan lagu yang dimainkan memiliki gerakan yang berbeda-beda.

Menariknya, durasi tariannya bergantung pada lagu yang dinyanyikan. Adapun syair atau lagu yang mengiri peksimoi merupakan syair ajakan untuk beribadah kepada Allah SWT dan menunjukkan persatuan NKRI.

Meski berasal dari gerakan-gerakan bela diri, sebenarnya gerakan peksimoi tidak rumit. Berbagai kalangan dan usia dapat mempelajari kesenian ini.

 

2 dari 2 halaman

Baju Putih

Kesenian peksimoi terdiri dari penari, pemusik, dan penyanyi. Mereka mengenakan kostum berupa baju berwarna putih yang dibalut rompi berwarna serta celana berwarna hitam yang dibalut jarik motif parang.

Mereka mengenakan stagen pada bagian perut. Sebagai tambahan aksesori, mereka juga mengenakan ikat kepala. Peksimoi juga disebut sebagai seni tradisi Islam yang menjadi sendi dari nilai-nilai keislaman yang dipegang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Peksimoi juga menjadi identitas masyarakat dalam menyalurkan ekspresi keberagamaan sekaligus menjadi ajang silaturahmi yang bernilai ekonomi.

Pada 2018, peksimoi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Yogyakarta. Kesenian ini masuk dalam domain Seni Pertunjukan.

Penulis: Resla

OSZAR »