Sukses

99 Jemaah Haji Indonesia Masuk Rumah Sakit karena Pneumonia, 1 Meninggal Dunia

Jemaah haji Indonesia diminta disiplin menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker saat beraktivitas di luar hotel, untuk mencegah terinfeksi pneumonia.

Diperbarui 22 Mei 2025, 12:36 WIB Diterbitkan 22 Mei 2025, 12:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit terkait pernapasan mengintai jemaah haji Indonesia. Setelah MERS-CoV, kini giliran pneumonia yang wajib diwaspadai oleh para jemaah di Tanah Suci. Menurut data yang dihimpun Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), di Daerah Kerja (Daker) Makkah dan Madinah, per Selasa, 20 Mei 2025, pukul 16.00 Waktu Arab Saudi (WAS), 99 jemaah dirawat karena terserang pneumonia.

Mereka tersebar di berbagai sektor dan kloter. Para jemaah haji tersebut sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit rujukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.

"Kami mencatat adanya peningkatan kasus pneumonia di kalangan jemaah haji kita. Dari 99 kasus pneumonia, ada satu jemaah yang meninggal dunia karena penyakit tersebut," ujar Liliek Marhaendro Susilo, Kepala Pusat Kesehatan Haji, di KKHI Madinah, Rabu, 21 Mei 2025, dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Pneumonia adalah peradangan pada kantung-kantung udara di paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Di lingkungan ibadah haji yang padat dan dengan suhu panas ekstrem, risiko penularan infeksi pernapasan menjadi lebih tinggi. Mereka yang memiliki komorbiditas atau kondisi kesehatan yang rentan diminta lebih mewaspadai hal ini.

 

 

 

2 dari 4 halaman

4 Faktor Risiko terkait Pneumonia

KKHI mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang bertendensi sebagai pencetus kasus pneumonia di kalangan jemaah haji, antara lain:

1. Suhu panas ekstrem, berdasarkan data real time KKHI, suhu hari ini di Makkah dan Madinah berkisar antara 41-47 derajat celcius. Suhu udara yang tinggi ini, jika kekurangan asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

2. Kelelahan fisik, rangkaian ibadah haji yang padat, dari mulai lamanya perjalanan, umroh wajib hingga puncak di Armuzna, membutuhkan stamina fisik yang kuat, sehingga kelelahan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.

3. Keramaian massa, penularan penyakit dengan kepadatan jemaah haji hingga jutaan orang dapat meningkatkan risiko penularan virus atau bakteri penyebab pneumonia.

4. Riwayat penyakit penyerta (komorbiditas), jemaah dengan riwayat diabetes, hipertensi, penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi.

Liliek tak bosan mengingatkan kepada jemaah untuk selalu waspada. Salah satunya disiplin memakai masker. "Gunakan masker ketika batuk-pilek dan di area keramaian. Cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer sebelum dan sesudah beraktivitas," katanya.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Simpan Energi, Jangan Terlalu Capek

Jemaah, sambung dia, juga diimbau rutin meminum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga dua liter sehari. "Yang mempunyai komorbid dan sudah minum obat rutin, jangan lupa obatnya diminum secara teratur," ia menambahkan.

Liliek mengingatkan agar jemaah haji menjaga kondisi kesehatannya karena puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna) memerlukan stamina yang tinggi dan prima. Jemaah pun diminta untuk mengurangi ibadah sunnah untuk menyimpan energi demi bisa melaksanakan inti ibadah haji, yakni wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah dan disambung dengan rangkaian prosesi ibadah lainnya hingga di Mina.

"Simpan energi dan jangan terlalu capek. Jangan merokok di sembarang tempat, hormati orang lain yang tidak merokok," ia menambahkan.

Bagi jemaah yang merasa kurang enak badan, Liliek meminta mereka segera melapor dan memeriksakan diri ke petugas haji dan pos kesehatan. Bagaimana pun kesehatan jemaah adalah prioritas utama pihaknya. "Mari kita jaga bersama-sama agar ibadah haji berjalan lancar dan seluruh jemaah kembali ke Tanah Air dengan sehat," ujar Liliek.

 

4 dari 4 halaman

Pergerakan Jemaah Haji Menuju Makkah

Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), per Kamis (22/5/2026), 111.317 jemaah sudah tiba di Makkah Al Mukaromah, terdiri dari 83.569 jemaah dari Madinah dan 27.748 jemaah dari Jeddah. Jumlah itu merupakan gabungan dari 287 kloter atau sekitar 54 persen dari total kloter jemaah haji Indonesia tahun ini.

Menurut data yang sama, hingga 21 Mei 2025, jemaah haji yang wafat di Tanah Suci mencapai 38 orang. Itu terdiri dari 11 perempuan dan 27 laki-laki dengan jemaah dari Kloter JKG 26 atas nama Marhamah Muhair Muhammad merupakan jemaah yang terakhir tercatat. Ia diketahui berasal dari Jakarta Selatan.

Dari dalam negeri, Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan percobaan keberangkatan 264 calon haji nonprosedural atau calon jemaah haji ilegal sepanjang musim haji tahun ini. Kabid Tempat Pemeriksaan Orang Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno-Hatta, Jerry Prima, mengatakan pencegahan itu sebagai wujud komitmen untuk senantiasa melakukan tugas dan fungsi keimigrasian dan upaya pencegahan keberangkatan dalam rangka perlindungan WNI di luar negeri.

EnamPlus
OSZAR »