Sukses

Berharap Udara Segar di Kota Paling Berpolusi se-Asia Tenggara

Pada laporan indeks kualitas udara dari situs IQAir, Jakarta belum mencatatkan udara bersih sejak tahun 2017. Setiap tahunnya, kualitas udara di Jakarta ada di warna merah, ungu, hingga marun. Bahkan Jakarta kerap menjadi kota dengan kualitas terburuk di Asia Tenggara.

Diperbarui 15 Mei 2025, 20:15 WIB Diterbitkan 15 Mei 2025, 20:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Kualitas udara di Jakarta setiap harinya tidak stabil. Kadang masuk dalam kategori baik, di mana muncul pemandangan gunung di pagi hari yang terlihat dari tengah kota. Namun keesokan harinya, pemandangan alam itu tidak nampak lagi.

Biasanya, kualitas udara baik di Jakarta muncul setelah guyuran hujan di malam hari. Seolah derasnya air hujan menghilangkan polusi kota yang pekat. 

Gubernur Jakarta (2017-2022) Anies Baswedan pernah membuat pernyataan kontroversial soal udara Jakarta yang disebut tak memiliki KTP. Sehingga tidak tepat bila menyalahkan Jakarta sebagai kota sumber polusi, karena penyebab utamanya adalah angin.

"Bila masalah polusi udara itu bersumber dari dalam kota Jakarta, maka hari ini, besok, minggu depan akan konsisten, akan terus kotor, tapi apa yang terjadi? Ada hari di mana kita bersih, ada hari di mana kita kotor. Apa yang terjadi? Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya," kata Anies saat debat Pilpres 2024 di 12 Desember 2023.

Sementara itu, Gubernur Jakarta saat ini, Pramono Anung mengaku tengah mencari solusi konkret untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Salah satunya, dimulai dari kebijakan menggunakan transportasi umum untuk pegawai di lingkungan Pemprov Jakarta khusus di hari Rabu. 

Dia meyakini, dengan total jumlah pegawainya yang mencapai 65 ribu orang, maka pada hari Rabu kualitas udara Jakarta bisa lebih baik. Sebab ada kontribusi dari mereka yang tidak menggunakan kendaraan pribadi sebagai salah satu penyumbang polusi.

"Saya tahu bahwa ini akan mengurangi kemacetan, polusi juga pasti turun karena aktivitas 65.000 orang setiap Rabu itu dampaknya besar," kata Pramono di Halte Matraman, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Pada laporan indeks kualitas udara dari situs IQAir, Jakarta belum mencatatkan udara bersih sejak tahun 2017. Setiap tahunnya, kualitas udara di Jakarta ada di warna merah, ungu, hingga marun. Jakarta juga kerap menjadi kota dengan kualitas terburuk di Asia Tenggara, bahkan dunia.

Pada laporan tahun lalu, dalam 12 bulan terakhir, kualitas udara terbaiknya ada pada Desember dengan indikator oranye. Meski begitu, oranye masih diartikan sebagai udara tidak sehat dan sensitif bagi sebagian orang. Kemudian merah, diartikan udara tidak sehat. Lalu warna ungu diartikan sangat tidak sehat, dan marun dikategorikan berbahaya.

Sedangkan kategori warna udara yang baik disimbolkan dengan warna hijau dan warna kuning berarti moderat atau masih dapat diterima walau bisa beresiko untuk sebagian orang yang sensitif.

Saat laporan ini ditulis, situs IQAir mencatatkan Jakarta di peringkat 20 pada kategori kota besar paling berpolusi. Data tersebut dikutip pada Kamis 15 Mei 2025 pada pukul 16.40 waktu setempat. Jakarta berada dalam kategori warna kuning.

 

2 dari 4 halaman

Jeritan Warga Khawatirkan Kesehatan Bayi

 

Redaksi Liputan6.com lalu berbincang dengan Rizaldi, pegawai swasta yang sehari-harinya menghirup udara Jakarta. Mulai dari berangkat kerja di pagi hari, sampai dengan waktu pulang di malam hari.

“Tanpa perlu melihat angka level kondisi udara, kita sudah bisa merasakan buruknya kualitas udara di Jakarta,” kata Rizaldi mengawali perbincangan.

“Setiap pagi saya berangkat kerja sekaligus mengantar istri kerja dengan mengendarai motor, sekitar pukul 07.30, walaupun enggak sepenuhnya panas, tapi ada hawa panas yang terasa. Apalagi kalau lagi kena macet, misalnya di jalan Patal Senayan arah ke Slipi,” imbuh dia. 

Rizaldi mengaku, kondisi udara yang dihirupnya semakin sesak saat kendaraan terjebak di tengah kemacetan. Sebab asap kendaraan pengemudi lain yang diyakini tidak lolos uji emisi harus dihirupnya. Meski sudah menggunakan masker pelindung, tapi tetap saja rasanya pedas.

“Saya lebih khawatir karena kondisi istri saya saat ini sedang hamil. Ada kekhawatiran udara berkualitas buruk mempengaruhi kesehatan sang janin,” keluh dia.

Menurut Rizaldi, peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke listrik memang salah satu upaya mengurangi tingkat polusi. Namun saat ini, mayoritas warga masih dengan bahan bakar minyak. Sehingga upaya tersebut dirasa tidak terlalu signifikan, mengingat harga kendaraan listrik yang tidak terbilang murah.

Saat ditanya pendapatnya mengenai penggunaan transportasi umum, Rizaldi sejatinya ingin, namun melihat kondisi jalanan di Jakarta yang macet, masih sulit menjawab kebutuhan profesinya yang membutuhkan waktu cepat untuk berpindah tempat.

“Saya berharap ada kebijakan dari Pemprov untuk bisa membuat Jakarta bebas dari kemacetan. Kemacetan tidak boleh menjadi problem yang semakin hari semakin dianggap lumrah terjadi di Jakarta. Sebab, ada dampak-dampak lain yang berpotensi timbul dari kemacetan tersebut,” desaknya.

 

3 dari 4 halaman

Strategi Pengendalian Udara di Jakarta

Menanggapi problematika udara kotor di Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, keberadaan Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU) merupakan bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jakarta dalam membangun kota layak huni bagi seluruh warganya.

Dia menekankan, penurunan kualitas udara menjelang musim kemarau perlu diantisipasi sejak dini. Situasi ini menjadi alasan utama urgensi implementasi SPPU yang bersifat lintas sektor. 

“Semua pemangku kepentingan harus sigap dan terkoordinasi untuk memastikan langkah preventif dapat dilakukan secara sistematis dan terukur,” kata dia melalui pesan tertulis diterima.

Asep menjelaskan, terdapat tiga Strategi Pengendalian Pencemaran Udara di Jakarta, pertama Strategi Peningkatan Tata Kelola Pengendalian Pencemaran Udara, seperti penambahan alat pemantau kualitas udara, kajian dampak pencemaran udara, pembentukan tim kerja lintas sektoral pengendalian pencemaran udara dan dengan daerah sekitar, penyusunan regulasi terkait pengendalian pencemaran udara dan operasi lintas jaya razia emisi kendaraan.

Kedua, Strategi Pengurangan Emisi Pencemar Udara dari Sumber Bergerak lewat peremajaan dan pengembangan transportasi ramah lingkungan untuk transportasi umum dan pemerintah, seperti perubahan standar emisi kendaraan bermotor menjadi EURO4 dan penggunaan kendaraan bermotor listrik, penerapan uji emisi kendaraan bermotor, pengembangan kawasan rendah emisi, penerapan ganjil genap serta peningkatan infrastruktur penghubung ke sarana transportasi umum seperti pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD).

Ketiga, Strategi Pengurangan Emisi Pencemar Udara dari Sumber Tidak Bergerak melalui peningkatan ruang terbuka dan bangunan hijau, instalasi panel surya atap seperti gedung pemerintah, gedung sekolah dan fasilitas kesehatan, dan pengendalian polusi udara dari kegiatan industri seperti pemasangan alat pengendali Continuous Emission Monitoring System (CEMS) dan pelarangan pembakaran sampah terbuka.

“Tentunya dengan adanya intervensi melalui tiga strategi tadi, diharapkan pada tahun 2030 beban emisi PM2.5 di DKI Jakarta dapat turun hingga 41%, sehingga bisa meningkatkan kualitas udara dan kesehatan warga Jakarta,” pungkas Asep.

 

4 dari 4 halaman

8 Jurus Antisipasi Bahaya Udara Buruk Jakarta

Senada dengan itu, Dinas Kesehatan Jakarta mengaku juga sudah memiliki cara untuk mengantisipasi bahaya udara buruk bagi warga Jakarta. Mengutip dari situs resmi Dinkes Jakarta, berikut delapan tips dan panduan yang bisa diikuti:

1. Melakukan pengecekan kualitas udara di daerah masing-masing - pengecekan kualitas udara dapat menggunakan laman atau aplikasi seperti JakISPU melalui platform JAKI, ISPU, IQAir, Nafas, AirVisual, atau BreezoMeter. Kualitas udara akan terlihat dari warna dan angka indeks.

2. Menghindari tempat dengan polusi tinggi - hindari daerah dengan tingkat polusi udara tinggi seperti jalan raya yang padat atau area industri yang terkena polusi udara.

3. Melakukan pembersihan udara di dalam ruangan - gunakan pembersih udara dalam ruangan atau filter udara untuk mengurangi paparan polutan dalam ruangan.

4. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi dan di sekitar tempat tinggal. Salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, dan juga sebagai penahan debu dan bahan partikel lain. 

5. Mengatur sirkulasi udara dengan baik - pastikan sirkulasi udara yang baik di dalam ruangan dengan membuka jendela atau menggunakan sistem ventilasi yang efektif.

6. Menggunakan transportasi publik seperti bus, kereta api, LRT, MRT dan lain-lain untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor di jalan raya dan berkontribusi untuk mengurangi pencemaran udara.

7. Menjaga gaya hidup sehat - Mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang sehat dengan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk makan makanan bergizi seimbang (terutama mengkonsumsi makanan yang kaya bahan antioksidan alami, seperti sayur, buah, dan kacang-kacangan), berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.

8. Menggunakan masker bila berada di lokasi dengan tingkat cemaran udara tinggi, misalnya saat harus berjalan kaki atau berkendara menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan yang tidak menggunakan sistem pendingin (AC) di jalan raya, berada di area yang banyak cerobong asap dari aktivitas industri, masker yang disarankan minimal masker bedah karena memiliki kemampuan untuk menyaring partikel polutan lebih baik dibanding masker kain.    

EnamPlus
OSZAR »