Sukses

Sisi Unik Ayatollah Ali Khamenei, Ulama Syi’ah Iran yang Melarang Penghinaan terhadap Tokoh Sunni

Ayatollah Ali Khamenei merupakan tokoh Syi'ah yang berasal dari Iran yang memiliki gagasan moderat. Salah satu pemikirannya yang jarang diketahui ialah tentang larangannya untuk menghina tokoh-tokoh sunni.

Diperbarui 29 Jun 2025, 03:30 WIB Diterbitkan 29 Jun 2025, 03:30 WIB

Liputan6.com, Cilacap - Ayatollah Ali Khamenei merupakan sosok yang sangat berpengaruh di Iran dan dunia Syi'ah. Ia mendapatan banyak perhatian dari publik ketika perang Iran dan Israel berlangsung.

Ia memiliki reputasi yang kompleks dan multifaset. Sebagai Pemimpin Tertinggi Iran sejak tahun 1989, Ayatollah Ali Khamenei telah memainkan peran kunci dalam membentuk kebijakan politik dan agama negara tersebut.

Meskipun sering kali dianggap sebagai simbol kekuatan Syi'ah dan kadang-kadang dilihat sebagai sosok yang kontroversial di mata dunia Barat dan komunitas Muslim lainnya, ada aspek-aspek dari kepemimpinan dan pemikirannya yang jarang dibahas secara luas.

Salah satu aspek menarik dari kepemimpinan Khamenei adalah pendekatannya terhadap hubungan antar-mazhab dalam Islam, termasuk sikapnya yang menyerukan penghormatan dan larangan penghinaan terhadap tokoh-tokoh Sunni.

Sikap ini menunjukkan adanya kompleksitas dalam pandangannya yang seringkali tidak terlihat dalam liputan media arus utama. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang sisi lain dari Ayatollah Ali Khamenei, terutama perannya dalam mempromosikan toleransi dan dialog antar-mazhab, serta implikasinya bagi Iran dan komunitas Muslim global.

Melalui pemahaman yang lebih komprehensif tentang pandangan dan kebijakan Khamenei, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih luas tentang dinamika politik dan agama di Iran serta perannya dalam percaturan dunia Islam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Larangan Menghina Tokoh-tokoh Sunni

Merangkum berbagai sumber, Sabtu (28/06/25), Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, selama ini dikenal sebagai simbol kekuasaan spiritual dan politik yang kuat dalam sistem pemerintahan Iran. Ia merupakan ulama tertinggi dalam mazhab Syiah di negara tersebut.

Namun, di balik gambaran politik dan ideologis yang sering dikaitkan dengannya, terdapat sisi lain dari Khamenei yang jarang disorot: komitmennya terhadap persatuan umat Islam, khususnya melalui larangan penghinaan terhadap tokoh-tokoh penting dalam tradisi Sunni.

Pada tahun 2010, Ayatollah Khamenei mengeluarkan sebuah fatwa penting yang secara tegas melarang penghinaan terhadap istri Nabi Muhammad, Aisyah r.a., dan para sahabat Nabi – tokoh-tokoh yang sangat dihormati dalam mazhab Sunni. Fatwa ini dikeluarkan di tengah meningkatnya ketegangan sektarian di dunia Islam, terutama akibat pernyataan-pernyataan provokatif dari sebagian tokoh Syiah ekstremis yang menyulut kemarahan komunitas Sunni.

Dalam fatwanya, Khamenei menyatakan bahwa menghina tokoh-tokoh Islam yang dihormati oleh umat Sunni adalah "haram" dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Ia menekankan pentingnya menjaga kehormatan seluruh simbol keagamaan Islam demi mencegah perpecahan di tengah umat.

3 dari 3 halaman

Misi Persatuan dan Simbol Moderasi dalam Mazhab Syiah

Langkah Khamenei ini bukan hanya bersifat simbolis, tetapi merupakan bagian dari strategi lebih luas untuk mendekatkan Sunni dan Syiah. Di berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa persatuan umat Islam adalah kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan global seperti Islamofobia, intervensi asing, dan konflik internal di negara-negara Muslim.

Khamenei juga menjadi pelopor "Pekan Persatuan Islam", yang diperingati setiap tahun antara tanggal kelahiran Nabi Muhammad menurut kalender Sunni dan Syiah, sebagai momentum untuk membangun dialog dan saling pengertian di antara kedua mazhab besar Islam tersebut.

Meski mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan, sikap Khamenei juga menuai kritik dari sebagian kelompok Syiah garis keras yang menolak pendekatan rekonsiliatif terhadap Sunni. Di sisi lain, sebagian kelompok Sunni tetap skeptis terhadap niat Iran, menganggapnya sebagai manuver politik belaka.

Namun, tak sedikit tokoh Sunni yang menyambut baik fatwa tersebut. Salah satunya adalah Syaikh Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama besar Sunni dari Qatar, yang menyatakan bahwa langkah Khamenei merupakan contoh positif dalam membangun jembatan antara Sunni dan Syiah.

Fatwa ini memberikan gambaran bahwa Khamenei, meskipun menjadi simbol mazhab Syiah, tidak sepenuhnya mewakili pandangan ekstrem yang kerap diasosiasikan dengan sektarianisme. Ia mencoba membangun narasi bahwa Syiah dan Sunni bisa berdiri bersama dalam satu barisan Islam, tanpa harus mengorbankan keyakinan masing-masing.

Sebagai pemimpin yang berpengaruh di dunia Islam, sikap Khamenei ini menjadi catatan penting: bahwa meskipun perbedaan mazhab adalah keniscayaan, penghormatan dan etika dalam menyampaikan perbedaan adalah kunci untuk menjaga persatuan umat.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

OSZAR »