Sukses

Kemenkes Rilis Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2024: Angka Stunting Turun Jadi 19,8 Persen

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dilakukan Kemenkes terjadi penurunan stunting dibandingkan tahun 2023 yang ada di angka 21,5 persen.

Diperbarui 27 Mei 2025, 07:15 WIB Diterbitkan 27 Mei 2025, 06:19 WIB

Liputan6.com, Jakarta Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024. Berdasarkan survei nasional angka stunting pada 2024 menjadi 19,8 persen turun dibandingkan tahun sebelumnya 21,5 persen.

“Target kita tahun lalu adalah 20,1%, dan alhamdulillah hasil survei menunjukkan 19,8%. Artinya, kita berhasil melampaui target sebesar 0,3%,” ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Ke depan Indonesia memiliki target angkat stunting 14,2 persen pada 2029. Ini artinya pekerjaan bersama untuk bisa menurunkan angka stunting sekitar 7,3 persen lagi.

“Target ini tidak mudah, tapi cukup menantang untuk dikejar," kata Budi dalam sambutannya di Auditorium Siwabessy, Gedung Kemenkes, Senin (26/5/2025).

Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan penurunan angka stunting di angka 18,8 persen. Budi menyorot pada enam provinsi yang angka stuntingnya besar yakni Jawa Barat (638.000 balita), Jawa Tengah (485.893 balita), Jawa Timur (430.780 balita), Sumatera Utara (316.456 balita), Nusa Tenggara Timur (214.143 balita), dan Banten (209.600 balita).

“Kalau enam provinsi ini bisa kita turunkan 10%, maka secara nasional kita bisa turun 4–5%. Karena 50% anak stunting ada di enam daerah ini,” kata Budi.

 

2 dari 3 halaman

Intervensi Sejak Sebelum Hamil dan Saat Hamil

Budi juga menyampaikan strategi penting lainnya adalah memastikan intervensi sejak masa pra-kelahiran.

“Stunting itu terjadi bukan setelah lahir, tapi bahkan sejak dalam kandungan. Maka intervensi kepada ibu hamil sangat penting. Jangan sampai ibu-ibu hamil kekurangan gizi atau anemia,” katanya. 

Ia juga menekankan pentingnya program pengukuran lingkar lengan dan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil, distribusi tablet tambah darah, serta suplementasi mikronutrien.

Selain itu, program peningkatan mutu pengukuran di Posyandu juga terus diperkuat melalui distribusi 300.000 alat antropometri, didukung program ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan (PMT), dan imunisasi.

 

3 dari 3 halaman

Angka Stunting pada Kelompok Berpendatan Rendah Lebih Tinggi

Kepala BKPK Kemenkes RI, Prof. Asnawi Abdullah mengatakan bahwa adanya variasi prevalensi stunting antarprovinsi, kabupaten/kota, serta kelompok sosial ekonomi.

“Prevalensi stunting sangat bervariasi. Misalnya, pada kelompok pendapatan sangat rendah, angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok pendapatan tinggi. Ini menjadi catatan penting untuk penajaman intervensi,” tambahnya.

SSGI 2024 dilaksanakan di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota dan didukung penuh oleh kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, serta mitra pembangunan internasional, seperti WHO, SEAMEO RECFON , dan Prospera.

Seluruh hasil SSGI 2024 telah dikompilasi dalam sebuah buku dan dapat diakses publik melalui laman resmi BKPK Kemenkes RI. Penyediaan data terbuka ini menjadi wujud transparansi serta komitmen Kemenkes dalam mendukung pemanfaatan data kesehatan secara luas.

“Tujuan utama diseminasi ini adalah agar data SSGI dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan, evaluasi program, dan identifikasi wilayah prioritas. Semoga hasil ini semakin memperkuat intervensi yang berdampak nyata bagi bangsa,” tutup Prof. Asnawi.

EnamPlus
OSZAR »