Liputan6.com, Jakarta Artis sekaligus politisi Partai Gerindra, Melly Goeslaw menghadiri undangan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR RI, Mardani Ali Sera, dalam Aksi Simpatik Selamatkan Kemanusiaan di Gaza, di Jakarta, baru-baru ini.
Tak sekadar hadir, penulis lagu “Tegar” dan “Sampai Menutup Mata” membaca puisi berjudul “Kehilangan” untuk Palestina. Puisi ini dibuat Melly Goeslaw secara dadakan, dalam perjalanan naik mobil menuju ke lokasi acara.
Baca Juga
Melly Goeslaw Hadiri Undangan Mardani Ali Sera Dalam Aksi untuk Gaza, Kemanusiaan Tak Pandang Parpol
Melly Goeslaw Hadiri Konferensi ke-19 PUIC, Serukan Perlindungan bagi Perempuan dan Anak di Daerah Konflik
Melly Goeslaw Bicara Strategi Mewujudkan Parlemen Seimbang Gender agar Kebijakan Bisa Lebih Responsif dan Beragam
“Waktu didaulat untuk mengisi acara yang luar biasa ini, Pak Mardani bilang: Teh, Mau baca puisi. (Saya bilang) mau, puisinya ada? Belum ada ternyata kata panitia. Jadi saya bikin waktu on the way ke sini di mobil. Semoga cukup baik,” katanya.
Advertisement
Menghadiri Aksi Simpatik Selamatkan Kemanusiaan di Gaza, Melly Goeslaw berbusana serbahitam. Video momen baca puisi “Kehilangan” diunggah vokalis Potret di akun Instagram terverifikasi, Sabtu (24/5/2025).
“Saya tidak pandai membuat puisi, maafkan,” tulis Melly Goeslaw bersama unggahan ini. Sebelum baca puisi, ia mengingatkan kemanusiaan tak pandang partai politik. Cukup jadi manusia dalam menyuarakan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.
Kehilangan Adalah...
Kehilangan.
Kehilangan adalah sebuah kata yang sering kita dengar
Kata yang tak ingin mampir dan bertamu di hidup kita
Kata yang tidak diinginkan oleh setiap insan penikmat kedamaian
Tapi, apa jadinya jika kata itu kemudian menjadi sahabatmu
Menjadi bantal di setiap tidur
Menjadi selimut di setiap dinginmu
Menjadi kegelapan di setiap siangmu
Menjadi kemencekaman di setiap malammu
Palestina.
Seolah suara tawa anak-anak di sana cuma basa-basi
Hanya seperti bunyi weker yang menghitung mundur
Krik, krik, krik dan kemudian duar
Berubah menjadi dentuman yang sangat keras
Aku menatap mata ibu di tanah Indonesia
Seorang ibu yang menatap nanar
Duduk beralas koran dengan headline:
Koruptor dihukum ringan, pencuri bawang digebuki hingga babak belur
Tak sebutir gabah pun masuk dalam perut ibu ini
Sejak tiga hari yang lalu dia tidak makan
Namun kelaparan dan kemiskinan sudah menjadi biasa saja baginya
Sayup-sayup terdengar suara pengamen memainkan lagu “Bento”
Disusul dengan lagu yang lainnya
Mulut sang ibu bergerak mengikuti lagu-lagu
Dan anak-anak kecil dengan kaki telanjang
Berputar-putar, menari sambil memainkan mainan bekas si anak tuan
Advertisement
Tak Ada Serangan di Sini
Tak ada serangan di sini
Tak ada maut yang mengintai
Di tanah ini, yang miskin dan yang kaya,
Semua bisa menyaksikan bintang bersinar di langit malam
Tidak demikian dengan Palestina
Tak ada suara lain selain dentuman-dentuman,
Yang mengantarkan berita kematian suami, istri, dan anak-anak
Darah dan dagingku malu melekat di diriku
Andainya aku kehilangan iba
Dan tak mau berdiri untuk Palestina
Apa, apa alasannya?
Apa coba alasannya kamu tidak mau berdiri untuk Palestina? Apa kata matamu saat menyaksikan anak kecil campang-camping? Hei Indonesia,
Di sini yang compang-camping itu pakaian, kain.
Kain dan pakaian.
Tapi di sana, yang compang-camping itu anak kecil
Kulit. Kulit yang terpisah dengan raga
Ya Allah,
Kami semua ingin sekali berdoa dan jika Engkau mengizikan
Bisakah kami bertukar tempat dengan mereka yang di sana?
Walau kematian jadi sahabat
Namun surga menanti