Sukses

5 Ragam Tradisi Menyambut Iduladha di Indonesia

Selain identik dengan ibadah kurban, Iduladha juga menjadi momen yang tepat untuk menghidupkan tradisi dan budaya lokal. Ragam tradisi menyambut Iduladha di Indonesia menggabungkan nuansa religius dengan perayaan budaya yang unik dan menarik.

Diperbarui 05 Jun 2025, 08:00 WIB Diterbitkan 05 Jun 2025, 08:00 WIB

Liputan6.com, Yogyakarta - Umat muslim akan menyambut Iduladha 1446 Hijriah pada 6 Juni 2025. Sebagai negara yang kaya akan tradisi dan budaya, di Indonesia terdapat ragam tradisi dalam menyambut Iduladha.

Selain identik dengan ibadah kurban, Iduladha juga menjadi momen yang tepat untuk menghidupkan tradisi dan budaya lokal. Ragam tradisi menyambut Iduladha di Indonesia menggabungkan nuansa religius dengan perayaan budaya yang unik dan menarik.

Mengutip dari laman Kemenpar RI, berikut ragam tradisi Iduladha di Indonesia:

1. Apitan di Semarang

Masyarakat di Kota Semarang menggelar tradisi apitan untuk menyambut Iduladha. Tradisi ini berasal dari adanya bulan yang diapit di antara Syawal dan Zulhijah, yakni Zulkaidah.

Tradisi ini biasanya diawali dengan pertunjukan kesenian kuda lumping. Melalui tradisi ini, masyarakat ingin mengungkapkan syukur atas hasil bumi yang melimpah.

Salah satu momen menarik dari tradisi ini adalah arak-arakan hasil panen yang akan diperebutkan warga. Konon, barang siapa yang berhasil mendapatkannya akan diberi keberkahan dan keberuntungan.

2. Gamelan Sekaten di Surakarta

Gamelan sekaten memiliki akar sejarah yang kuat dari masa Kerajaan Mataram, khususnya di masa pemerintahan Sultan Agung pada 1644 M. Selain dalam perayaan Iduladha, dua perangkat gamelan ini juga ditabuh saat momen-momen besar Islam lainnya, seperti Idulfitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dua perangkat gamelan utama ini dijuluki sebagai Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Tradisi gamelan sekaten biasanya dilaksanakan usai salat Iduladha. Selain menyaksikan alunan musik gamelan, warga dan wisatawan juga dapat mengikuti tradisi mengunyah kinang yang diyakini membawa umur panjang.

3. Grebeg Besar di Yogyakarta

Grebeg besar merupakan tradisi yang digelar Keraton Yogyakarta sebagai bagian dari perayaan Iduladha. Tradisi ini berupa kirab tujuh gunungan hasil bumi yang dibawa dari Keraton ke beberapa tempat, di antaranya Masjid Gede Kauman, Pendopo Pengulon, dan Puro Pakualaman.

Gunungan-gunungan nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa gunungan tersebut membawa keberkahan dan rezeki bagi siapa saja yang mendapatkannya.

 

2 dari 2 halaman

Manten Sapi di Pasuruan

4. Manten Sapi di Pasuruan

Masyarakat di Pasuruan, Jawa Timur, juga memiliki tradisi unik dalam menyambut Iduladha. Adalah tradisi manten sapi yang melibatkan sapi-sapi kurban.

Dalam pelaksanaannya, sapi-sapi tersebut akan dimandikan, diberi kalung bunga tujuh rupa, dibalut kain kafan, serta dihias dengan sorban dan sajadah.

Sapi yang telah dirias akan diarak menuju masjid dengan iring-iringan warga. Prosesi manten sapi menjadi bentuk penghormatan dari masyarakat setempat kepada hewan kurban.

5. Mepe Kasur di Banyuwangi

Mepe kasur merupakan tradisi unik dalam menyambut Iduladha yang dilakukan masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi. Tradisi ini dilakukan dengan cara menjemur kasur menjelang Iduladha mulai dari pagi hingga siang.

Menariknya, kasur yang dijemur semuanya berwarna merah dan hitam. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan hitam melambangkan keabadian atau kelanggengan.

Tradisi mepe kasur dipercaya sebagai tolak bala. Selain itu, masyarakat juga percaya bahwa tradisi ini dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.

Penulis: Resla

EnamPlus
OSZAR »