Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan yang serba cepat saat ini, manusia sering kali melupakan nikmat-nikmat kecil yang diberikan oleh Allah SWT. Keamanan, makanan yang cukup, dan kelapangan hidup kerap dianggap sebagai hal yang lumrah. Padahal, dalam sejarah Islam, nikmat-nikmat ini pernah menjadi pengingat keras bagi kaum Quraisy yang menjadi suku terkuat di Makkah.
Surat Al-Quraisy hadir sebagai pengingat akan betapa besarnya karunia Allah kepada suku Quraisy. Surat pendek ini tidak hanya menceritakan sejarah dagang dan keistimewaan mereka, tetapi juga menyimpan pesan spiritual mendalam: bahwa semua nikmat itu seharusnya mengantarkan manusia untuk menyembah Allah secara ikhlas dan murni.
Melalui empat ayat penuh makna, Allah menegaskan pentingnya rasa syukur melalui ibadah. Liputan6.com akan membahas secara lengkap ayat-ayat, tafsir, dan asbabun nuzul dari Surat Al-Quraisy, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan umum seputar surat ini, Jumat (4/7/2025).
Advertisement
Menambah pahala dengan membaca Al-Quran di bulan Ramadan sangat dianjurkan, tapi bagaimana kalau membaca Al-Quran melalui ponsel. Kita tanyakan saja dalam Ustaz Menjawab.
Surat Al-Quraisy Ayat 1–4
لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍۙ ١
li'îlâfi quraîsy
Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy,
اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَالصَّيْفِۚ ٢
îlâfihim riḫlatasy-syitâ'i wash-shaîf
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan),
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ ٣
falya‘budû rabba hâdzal-baît
maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah)
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍࣖ ٤
alladzî ath‘amahum min jû‘iw wa âmanahum min khaûf
yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut.
Advertisement
Tafsir dan Isi Kandungan Surat Al-Quraisy
Surat Al-Quraisy adalah surat Makkiyah ke-106 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari empat ayat. Tafsir dari surat ini mengandung ajakan kepada suku Quraisy untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Berikut adalah uraian tafsirnya yang dirangkum dari berbagai kitab seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Munir oleh Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Mishbah oleh Quraish Shihab, serta Fi Zhilalil Qur’an dan Tafsir Al-Azhar.
Ayat 1–2: Nikmat Kebiasaan Berdagang
Allah mengingatkan kaum Quraisy atas kebiasaan mereka yang menguntungkan, yaitu berdagang dua kali dalam setahun: ke Yaman saat musim dingin dan ke Syam (Suriah) saat musim panas. Aktivitas ini memberi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan yang luar biasa. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, kata iilaaf berarti tradisi atau kebiasaan yang telah mengakar dan membawa manfaat besar bagi mereka.
Ibnu Jarir menyebut bahwa lam pada ayat pertama menunjukkan keheranan atas kebiasaan Quraisy. Artinya, betapa menakjubkan nikmat yang Allah karuniakan berupa rasa aman dan rezeki yang terus mengalir melalui kegiatan berdagang ini.
Ayat 3–4: Perintah untuk Menyembah Allah
Setelah menyebut nikmat tersebut, Allah menyuruh mereka menyembah Tuhan Ka’bah, yakni Allah SWT. Allah-lah yang telah memberikan keamanan dan menghindarkan mereka dari kelaparan serta ketakutan. Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab menegaskan bahwa pesan utama ayat ini adalah tauhid, yakni keimanan yang murni kepada Allah.
Kata rabba haadzal bait (Tuhan Pemilik rumah ini) merujuk pada Ka'bah, pusat ibadah dan simbol penyatuan umat. Sebagaimana disebut dalam QS. An-Naml:91, Nabi juga diperintahkan untuk hanya menyembah Tuhan pemilik Makkah.
Hubungan dengan Surat Al-Fil
Surat ini erat kaitannya dengan Surat Al-Fil yang berada sebelumnya. Surat Al-Fil menceritakan kehancuran pasukan bergajah yang hendak menyerang Ka’bah, sementara Surat Al-Quraisy menguraikan hasil dari perlindungan Allah tersebut: stabilitas keamanan dan ekonomi. Karena itu, sebagian sahabat seperti Ubay bin Ka’ab menyatukan keduanya dalam satu bacaan tanpa basmalah di antaranya.
Asbabun Nuzul Surat Al-Quraisy
Menurut Tafsir Al-Munir dan juga dikuatkan oleh Tafsir Ibnu Katsir, asbabun nuzul Surat Al-Quraisy berhubungan dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada kaum Quraisy. Hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi menyebutkan:
“Allah memuliakan kaum Quraisy dengan tujuh hal: Aku berasal dari mereka, kenabian ada di tengah mereka, penjaga dan pemberi minum jemaah haji dari mereka, Allah menolong mereka dari pasukan gajah, mereka menyembah Allah selama 10 tahun saat tidak ada kaum lain yang menyembah-Nya, dan Allah menurunkan surat dalam Al-Qur’an tentang mereka.”
Hadis ini menegaskan bahwa kaum Quraisy adalah kaum yang sangat dimuliakan Allah, dan dengan keistimewaan tersebut seharusnya mereka tunduk dan menyembah-Nya.
Quraish Shihab juga menekankan bahwa surat ini berfungsi sebagai pembanding dengan Surat Al-Fil. Bila kaum yang durhaka dihancurkan, maka kaum Quraisy yang diberi nikmat besar seharusnya menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Advertisement
FAQ Tentang Surat Al-Quraisy
1. Apa makna utama dari Surat Al-Quraisy?
Surat ini mengingatkan kaum Quraisy agar bersyukur atas nikmat perdagangan, keamanan, dan kesejahteraan yang mereka terima, serta agar menyembah Allah sebagai bentuk rasa syukur tersebut.
2. Mengapa Surat Al-Quraisy berhubungan erat dengan Surat Al-Fil?
Karena Surat Al-Fil menjelaskan perlindungan Allah terhadap Ka’bah dari serangan pasukan bergajah, sedangkan Surat Al-Quraisy menunjukkan nikmat yang timbul dari peristiwa tersebut. Keduanya saling melengkapi.
3. Apa saja nikmat yang disebutkan dalam Surat Al-Quraisy?
Nikmat tersebut adalah keamanan dalam perjalanan dagang, kecukupan pangan, dan bebas dari rasa takut. Semua ini berasal dari perlindungan Allah terhadap Ka’bah.
4. Apa pesan utama Surat Al-Quraisy menurut Quraish Shihab?
Pesan utamanya adalah tauhid dan ibadah. Allah menyuruh manusia, khususnya kaum Quraisy, untuk menyembah-Nya sebagai wujud syukur atas semua nikmat yang mereka terima.
5. Apakah Surat Al-Quraisy tergolong Makkiyah atau Madaniyah?
Mayoritas ulama menyebut Surat Al-Quraisy sebagai Makkiyah karena diturunkan di Makkah sebelum hijrah. Hanya sedikit ulama yang menyebutnya Madaniyah.