Liputan6.com, Jakarta Doa Nabi Musa AS tetap relevan bagi umat Muslim hingga kini, ribuan tahun setelah diucapkan. Doa-doa tersebut mengandung keutamaan dan keberkahan luar biasa. Seorang Muslim dapat mengamalkan doa-doa ini untuk meraih kemuliaan dan berkah dalam hidupnya.
Dalam buku berjudul Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Nabi Musa diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-Nya di tengah kekejaman Raja Firaun. Penguasa Mesir tersebut memperlakukan rakyatnya dengan kejam dan tanpa belas kasihan. Nabi Musa tetap teguh dalam imannya dan senantiasa memohon bimbingan serta pertolongan Allah melalui doa-doa yang dipanjatkannya.
Baca Juga
Doa Nabi Musa menghadapi Firaun diabadikan dalam beberapa surat Al-Qur'an, seperti Thaha, Al-Qashash, hingga surat Yunus. Dalam doanya, Nabi Musa memohon agar tidak gugup dan dijauhkan dari kesulitan dalam menghadapi Firaun yang zalim.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang doa nabi musa dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (2/7/2025).
Doa Dimudahkan Urusan
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam min lisaani yafqohu qoulii.
Artinya: "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS. Thaha: 25-28).
Doa ini dibaca ketika Nabi Musa ditugaskan oleh Allah untuk menghadap Firaun, seorang yang zalim dan kuat. Dalam doa ini, Nabi Musa memohon agar dadanya dilapangkan, urusannya dimudahkan, dan lidahnya dilepaskan dari kekakuan. Tujuannya agar ia bisa mengungkapkan perkataannya dengan jelas kepada Firaun dan orang-orang di sekitarnya.
Melansir dari Zakeeya Ali bahwa doa ini memuat unsur keyakinan dan kebutuhan komunikasi yang efektif serta kemampuan persuasi. Berbagai buku dan tafsir menegaskan pentingnya doa ini karena Musa hendak menyampaikan pesan revolusioner kepada tokoh otoriter, sehingga doa tersebut bisa dianggap sebagai pranata kecerdasan retoris Musa menghadapi Firaun.
Doa Berlindung dari orang Zalim
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ عَسَىٰ رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ
Rabb najjini minal qaumi zalimin 'asaa rabbi an yahdiyani sawa' assabil.
Artinya: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu. Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." (QS. Al-Qasas: 21-22).
Doa ini dipanjatkan ketika Nabi Musa dan kaumnya terjebak di antara laut dan pasukan Firaun yang mengejar mereka. Nabi Musa memohon kepada Allah agar diselamatkan dari kaum yang zalim itu dan dimimpin ke jalan yang benar. Jalan keluar yang dimaksud adalah membelah laut untuk memberikan jalan keluar kepada mereka.
Doa meminta rezeki atau kekayaan:
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
Rabbi 'inni lima 'anzalta 'ilayya min khair faqir.
Artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (QS. Al-Qasas: 24).
Doa ini merupakan permohonan Nabi Musa kepada Allah untuk diberikan kebaikan dan rezeki yang diperlukan olehnya. Nabi Musa menyadari bahwa semua kebaikan berasal dari Allah. Ia mengungkapkan kerendahan hatinya dengan menyampaikan bahwa dia benar-benar membutuhkan rezeki yang Allah turunkan.
Menurut studi Zakeeya Ali, doa ini merupakan contoh self-disclosure spiritual, menyadari keterbatasan diri dan mengharapkan kemurahan Allah atas rezeki material maupun non-material. Sementara itu, dalam Buku “The Prophet Musa” melansir dari theislamichub.com bahwa doa ini dipanjatkan saat Musa hendak menghadapi orde baru dalam hidupnya. Tepatnya setelah melarikan diri ke Madyan sehingga menunjukkan permintaan rezeki bukan hanya berbentuk harta, tetapi juga hidayah dan kemudahan menghadapi ujian.
Advertisement
Doa agar tidak gugup
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Qāla rabbi innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fa gafara lah, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm.
Artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Qasas: 16).
Doa ini dibaca ketika Nabi Musa tanpa sengaja membunuh seorang pria. Dia merasa bersalah dan menganiaya dirinya sendiri. Dalam doa ini, Nabi Musa memohon kepada Allah agar mengampuni kesalahannya. Allah kemudian mengampuni Nabi Musa, menunjukkan sifat-Nya yang Maha Pengampun dan Penyayang.
Doa agar dilancarkan berbicara
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam min lisaani yafqohu qoulii.
Artinya: "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS. Thaha: 25-28).
Doa ini sama dengan doa pertama, yaitu doa Nabi Musa menghadapi Firaun. Ia memohon agar dadanya dilapangkan, urusannya dimudahkan, dan lidahnya dilepaskan dari kekakuan. Dengan demikian, ia dapat berbicara dengan jelas dan efektif kepada orang-orang.
Doa ketika dalam kesulitan
فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Rabbanā lā taj'alnā fitnatal lil-qaumiẓ-ẓālimīn Wa najjinā biraḥmatika minal-qaumil-kāfirīn.
Artinya: "Ya Tuhan kami, kepada Allah kami bertawakal. Janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari orang-orang yang kafir." (QS. Yunus: 85-86).
Doa ini dibaca ketika Nabi Musa dan kaumnya menghadapi kesulitan dan tekanan dari musuh-musuh mereka. Dalam doa ini, Nabi Musa berserah diri kepada Allah. Ia memohon agar tidak dijadikan sasaran fitnah oleh kaum yang zalim. Selain itu, ia juga memohon keselamatan dengan rahmat Allah dari tipu daya orang-orang kafir.
Doa agar dapat jodoh
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Wallażīna yaqụlụna rabbanā hab lanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a'yuniw waj'alnā lil-muttaqīna imāmā.
Artinya: "Dan orang-orang yang berkata: 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'" (QS. Al-Furqan: 74).
Doa ini berisi permohonan agar segera diberikan pasangan hidup yang baik dan keturunan yang menjadi penyejuk hati. Nabi Musa memohon kepada Allah agar mengaruniakan kepada mereka pasangan hidup yang dapat memberikan kebahagiaan dan keturunan yang menjadi kebanggaan. Tidak hanya itu, ia juga memohon agar dijadikan pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
Mengenal Nabi Musa
Imam al‑Ṣāwī dalam Ḥāsyiyah al‑Ṣāwī ‘alā Tafsīr al‑Jalālain membahas kisah Nabi Musa sejak masa kecil. Pembahasan tersebut mencakup pembelaan terhadap Bani Israil, hingga puncak kewalian dan perjuangannya melawan Fir‘aun. Ia menyoroti kesabaran, keberanian, dan keteguhan Musa untuk menyampaikan risalah. Selain itu, ia juga menyoroti sifat lembut namun tegas dalam menghadapi tirani Fir‘aun.
Artikel M. Ilyas Ismail & Ambo Tang (2021) dalam Jurnal Idaarah membahas ciri-ciri kepemimpinan Nabi Musa yang potensial sebagai model kontemporer. Mereka menyebut bahwa Nabi Musa menampilkan sifat tegas, optimistis, fisik kuat, terbuka menerima masukan, dan memiliki perhatian sosial. Semua ini mencerminkan keseimbangan antara kecerdasan spiritual dan intelektual.
Indra Syahfari (2021) dalam Jurnal At‑Tahdzib serta Dian Permana dkk. (2024) dalam Chatra mengeksplorasi nilai karakter seperti kejujuran, keberanian, tanggung jawab, dan cinta ilmu yang muncul dari kehidupan Nabi Musa. Kisahnya mengandung pendidikan moral dan spiritual yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter saat ini.
Agusman & Samsuddin (2024) dalam DIRASAH: Jurnal Kajian Islam menunjukkan bahwa strategi dakwah Nabi Musa—baik mukjizat, tegas dalam kasus Fir‘aun, maupun bijak memimpin Bani Israil—menonjolkan ketekunan, kesabaran, dan adaptasi pesan agama sesuai konteks sosial zaman itu. Artikel di Al‑Munqidz (Dian Permana, 2022) menyoroti kisah Nabi Musa sebagai dasar pengembangan akhlak bagi masyarakat Indonesia: religiusitas, kepedulian sosial, dan kedisiplinan.
Tafsir Quraish Shihab juga menyoroti nilai keimanan, kesabaran, keberanian, dan keteguhan Nabi Musa dalam menghadapi tantangan Fir‘aun (Fitri Ramadhan Nila & Kiki Amelia, 2023).
Advertisement
Keutamaan Mengamalkan Doa Para Nabi dalam Al-Qur'an
- Doa Nabi Musa: Contoh Pengharapan Diri & Tumbuhnya Keikhlasan
Menurut studi “Doa‑Doa Nabi Musa dalam Al‑Qur’an: Kajian Tafsir Al‑Maraghi” (Wahyuningsih, 2021), Nabi Musa dikenal sebagai nabi yang banyak berdoa—sebanyak 130 kali—dalam berbagai fase hidupnya. Tafsir Al-Maraghi menekankan bahwa doa-doanya tidak hanya mencerminkan keikhlasan, tetapi juga keteguhan dalam pengharapan dan penyerahan total kepada Allah. Doa Musa menjadi cerminan bagaimana seorang hamba menggantungkan jawaban sepenuhnya kepada kehendak Allah.
- Doa Nabi Ibrahim: “Tiga Pilar” Keimanan dalam Doa
Thesis oleh Rahmat Firdaus (2018) berjudul “Doa Nabi Ibrahim as dalam Al‑Qur’an” mengelompokkan doa-doa Ibrahim menjadi tiga kategori: terkait aqidah, ibadah, dan muamalah. Ia menyoroti pentingnya bahwa doa-doa ini merupakan manifestasi tahapan iman dan penyerahan diri yang utuh kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa doa para nabi dapat menjadi model amalan spiritual yang komprehensif.
- Doa Nabi Muhammad SAW: Model Permohonan Utama
Penelitian komparatif oleh Azkiya Khikmatiar (2017) memperlihatkan bahwa dalam Al‑Qur'an, Nabi Muhammad SAW mengajukan doa untuk kebaikan dunia dan akhirat seperti dalam QS Al-Baqarah: 201. Tafsir Ibnu Katsir dan Al‑Maraghi memberi penekanan bahwa doa ini mencakup seluruh aspek kehidupan sehingga menjadi rujukan utama umat Muslim dalam bermunajat.
- Perspektif Tematik: Doa dalam Al-Qur'an menurut Tawaf dan Azhar
Dalam artikel “Doa dalam Perspektif Al‑Qur’an: Tafsir Ibnu Katsir & al‑Azhar” (Hakim, 2017), disebutkan bahwa ayat-ayat yang mengandung doa menjadi dasar teologis bagi setiap Muslim untuk bermunajat dalam setiap aspek kehidupan, baik lahir maupun batin. Menurut studi ini, doa nabi memberikan teladan bahwa kita harus menempatkan doa sebagai bagian integral dari hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
- Buku “Doa Ajaran Ilahi”: Kumpulan Kekuatan Spiritual dari Doa Para Nabi
Buku Doa Ajaran Ilahi (Masykur & Musfah, 2013) menghadirkan kompilasi doa para nabi bersama tafsir ringkas Kementerian Agama. Buku ini menegaskan bahwa doa nabi-nabi memiliki kekuatan spiritual dan emosional—membangkitkan rasa tenang dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini menunjukkan keutamaan membaca dan mengamalkan doa mereka sebagai bagian dari ibadah sehari-hari.
- Dimensi Pendidikan Spiritual dari Doa Para Nabi
Thesis “Hakikat Doa Nabi Musa dalam Al‑Qur’an” (Rusbaini, 2017) menyatakan bahwa doa para nabi berfungsi sebagai media edukasi rohani, membentuk keteguhan, kesabaran, dan kedekatan emosional dengan Allah. Dengan begitu, mengamalkan doa mereka berarti menanamkan nilai-nilai keimanan dan karakter yang kuat dalam diri umat Islam.
QnA Seputar Doa Nabi Musa
1. Apa doa Nabi Musa agar dikuatkan dalam menghadapi tantangan hidup?
Nabi Musa berdoa:
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Rabbi najjini minal qawmiz zalimin
Artinya: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. Al-Qashash: 21)
Doa ini dibaca Nabi Musa saat terdesak dan membutuhkan perlindungan Allah dari orang-orang zalim.
2. Mengapa doa Nabi Musa penting dipelajari oleh generasi muda?
Karena doa-doa Nabi Musa mengajarkan Tawakal saat kesulitan, Memohon kelapangan hati, Meminta kemudahan urusan, Melatih keberanian menyampaikan kebenaran, Serta menjadi teladan ikhtiar dan doa saat menghadapi masalah hidup.
3. Apa manfaat membaca doa Nabi Musa sebelum berangkat kerja atau kuliah?
- Memberikan ketenangan hati,
- Membuka jalan rezeki,
- Melapangkan dada dalam menghadapi atasan, dosen, atau orang lain,
- Membantu kelancaran komunikasi saat presentasi atau diskusi,
- Mengingatkan untuk selalu bergantung pada Allah dalam setiap langkah.
4. Apakah doa Nabi Musa hanya dibaca saat berdakwah?
Tidak. Doa Nabi Musa dapat dibaca dalam aktivitas sehari-hari seperti saat akan presentasi, saat cemas akan urusan pekerjaan, atau sebelum berbicara dengan orang lain agar lancar, percaya diri, dan diberikan keberanian.
5. Bagaimana cara istiqamah mengamalkan doa Nabi Musa setiap hari?
- Hafalkan doa-doanya mulai dari yang pendek.
- Baca saat akan berbicara atau keluar rumah.
- Jadikan dzikir dalam hati ketika cemas.
- Tempel catatan doa di meja kerja atau wallpaper HP sebagai pengingat.
- Iringi dengan usaha sungguh-sungguh agar doa menjadi penguat ikhtiar, bukan hanya sekadar ucapan.
Advertisement