Liputan6.com, Jakarta - Sholat Dhuha merupakan salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Setelah menunaikan sholat Dhuha, umat Muslim dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Doa sesudah sholat Dhuha adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, doa ini juga menjadi sarana untuk memohon ampunan, keberkahan, dan kemudahan dalam segala urusan.
Baca Juga
Dikutip dari buku "Berkah Shalat Dhuha" karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari Abu Dzar, bahwa setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan sedekahnya.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Selasa (1/7/2025).
Seorang anggota TNI AU, Dhuha Fatih mendadak viral di media sosial karena penampilannya.
Doa Sesudah Sholat Dhuha Muhammadiyah
Ini doa setelah sholat Dhuha versi Muhammadiyah melansir dari Majalah Suara Muhammadiyah: No. 19, 2011.
Doa yang dimaksudkan umumnya berisi pujian kepada Allah SWT, permohonan ampun, dan permohonan kebaikan dunia dan akhirat.
Doa yang diajarkan oleh hadis:
Arab:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Latin:
Allahumma inni a'udzu bika minal bukhli, wa a'udzu bika minal jubni, wa a'udzu bika an uradda ila ardzalil 'umuri, wa a'udzu bika min fitnatid dunya, wa a'udzu bika min 'adzabil qabri.
Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah berlindung (kepada Allah) dari lima hal setelah selesai shalat. “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari sifat kikir, aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut, aku berlindung kepada Engkau dari dikembalikan kepada umurnya yang paling hina (pikun), aku berlindung kepada Engkau dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada Engkau dari azab kubur.” [HR. al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan an-Nasai, lafal dari an-Nasai]
Advertisement
Makna Doa Sesudah Sholat Dhuha Tersebut
Doa sesudah sholat Dhuha memiliki makna yang sangat mendalam. Melansir dari Majalah Suara Muhammadiyah: No. 19, 2011, doa ini merupakan permohonan kepada Allah SWT agar dijauhkan dari sifat-sifat buruk yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah kikir, pengecut, pikun, fitnah dunia, dan azab kubur.
Sifat kikir adalah sifat yang sangat tercela dalam agama Islam. Orang yang kikir akan enggan untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah SWT. Padahal, harta yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah SWT yang harus kita gunakan sebaik-baiknya.
Sifat pengecut juga merupakan sifat yang tidak baik. Orang yang pengecut akan mudah merasa takut dan tidak berani menghadapi tantangan. Padahal, sebagai seorang Muslim, kita harus berani menghadapi segala macam tantangan dengan tawakal kepada Allah SWT.
Selain itu, doa ini juga memohon agar kita tidak dikembalikan kepada umur yang paling hina (pikun). Pikun adalah kondisi ketika seseorang mengalami penurunan kemampuan kognitif dan fisik. Kondisi ini tentu sangat menyulitkan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Terakhir, doa ini juga memohon agar kita dijauhkan dari fitnah dunia dan azab kubur. Fitnah dunia adalah segala macam godaan dan cobaan yang dapat menyesatkan kita dari jalan Allah SWT.
Sementara itu, azab kubur adalah siksa yang akan diterima oleh orang-orang yang berdosa di alam kubur. Firman Allah dalam al-Quran: “Jika kamu telah menunaikan shalat, maka berdzikirlah (ingatlah) Allah …” [QS. an-Nisa (4): 103].
Sholat Dhuha Setiap Hari Menurut Muhammadiyah
Terdapat pemahaman bahwa sholat Dhuha tidak boleh dilakukan setiap hari. Melansir dari Majalah Suara Muhammadiyah: No. 13, 2015, pemahaman ini dilandasi oleh hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh Muslim. Namun, bagaimana sebenarnya hukum sholat Dhuha setiap hari menurut Muhammadiyah?
Menurut Muhammadiyah, sholat Dhuha hukumnya sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Sholat Dhuha dapat dikerjakan setiap hari, kecuali jika ada halangan tertentu, seperti sakit atau bepergian. Banyaknya jumlah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan atsar para sahabat mengenai shalat dhuha yang secara lahiriah berbeda satu sama lain itu menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan para ulama.
An-Nawawi juga menyebutkan hadits-hadits yang berbeda satu sama lain dalam pelaksanaan shalat dhuha, namun beliau pada akhirnya menyatakan bahwa shalat dhuha itu menurut mayoritas ulama hukumnya sunnah muakkad. Sementara pendapat Ibnu Umar mengenai shalat dhuha bahwa ia adalah bid’ah maksudnya adalah shalat dhuha di masjid dan memamerkannya.
Berdasarkan hadits-hadits di atas, kita disunnahkan untuk melakukan shalat dhuha semampu kita tanpa melalaikan kewajiban-kewajiban. Dari Abu Dzarr, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda:
“Hendaklah setiap pagi setiap sendi salah seorang di antara kamu melakukan sedekah. Setiap tasbih itu sedekah, setiap tahmid itu sedekah, setiap tahlil itu sedekah, setiap takbir itu sedekah, amar ma’ruf itu sedekah, nahi munkar itu sedekah. Semua itu dicukupi dengan dua rakaat yang dilakukan pada waktu dhuha” (HR. Muslim).
Dengan demikian, umat Islam Muhammadiyah dapat melaksanakan sholat Dhuha setiap hari sebagai bentuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yang terpenting adalah melakukannya dengan ikhlas dan penuh kesungguhan.
Advertisement
FAQ
Apakah boleh membaca doa apa saja setelah salat dhuha?
Ya, boleh. Muhammadiyah menjelaskan bahwa setelah salat dhuha, seseorang dibebaskan membaca doa atau dzikir apa pun yang baik, selama tidak diyakini sebagai bagian dari syariat yang ditetapkan Rasulullah. Hal ini sesuai dengan perintah umum dalam QS. an-Nisa: 103 dan QS. al-Ahzab: 41–42.
Adakah doa dari Nabi yang dianjurkan dibaca setelah semua salat, termasuk dhuha?
Ya, ada. Contohnya, Nabi Muhammad membaca doa berlindung dari lima hal setelah salat: dari sifat kikir, pengecut, usia pikun, fitnah dunia, dan azab kubur. Doa ini diriwayatkan dalam hadis sahih oleh al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan an-Nasai.
Apa pendapat Muhammadiyah terhadap hadis tentang “pintu ad-Dhuha” di surga?
Muhammadiyah merujuk pendapat Al-Albani bahwa hadis tentang adanya pintu khusus bernama “ad-Dhuha” di surga adalah lemah (dhaif jiddan) bahkan sebagian riwayatnya maudhu’ (palsu), sehingga tidak dapat dijadikan dasar dalam beribadah.
Bagaimana pendekatan yang dianjurkan dalam mengajarkan doa salat dhuha kepada murid?
Guru atau pengajar boleh mengajarkan doa-doa yang baik kepada murid, selama tidak menyandarkan doa itu sebagai sunnah Nabi. Penekanan diberikan pada nilai dzikir, keikhlasan, dan membiasakan doa dalam bentuk yang sesuai dengan pemahaman syar’i yang benar.
Apa pesan utama Muhammadiyah dalam menyikapi doa-doa setelah salat sunnah seperti dhuha?
Muhammadiyah menekankan pentingnya tidak mengaitkan doa-doa tertentu dengan Rasulullah jika tidak ada dasar sahih. Doa tetap dianjurkan, tetapi dalam bentuk dzikir atau munajat pribadi yang baik, dengan tetap berpegang pada prinsip: “dzikir sebanyak-banyaknya setelah salat” sebagaimana dianjurkan dalam Al-Qur’an.