Sukses

Tanggal Hijriah Hari ini 31 Mei 2025, Bolehkah Puasa Dzulhijjah di Hari Sabtu?

Mengetahui tanggal Hijriah pada bulan Dzulhijjah amat penting sebagai pengingat ibadah, apalagi bentar lagi Idul Adha. Tahu tanggal Hijriah dapat memaksimalkan ibadah umat Islam.

Diperbarui 31 Mei 2025, 07:30 WIB Diterbitkan 31 Mei 2025, 07:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Setiap harinya ada muslim yang mencari tanggal Hijriah, termasuk tanggal Hijriah hari ini, Sabtu 31 Mei 2025. Banyak yang mengonversi tanggal Hijriah dari Masehi karena kebutuhan ibadah.

Dalam Islam, ada beberapa ibadah yang waktu pelaksanaannya berpatokan pada kalender Hijriah. Termasuk pada bulan Dzulhijjah, ada amalan-amalan yang dilaksanakan sesuai kalender Hijriah.

Di antara amalan Dzulhijjah tersebut adalah puasa. Puasa Dzulhijjah yang dianjurkan dilakukan pada tanggal 1-9 Dzulhijjah. Khusus tanggal 8 Dzulhijjah disebut puasa Tarwiyah dan 9 Dzulhijjah disebut puasa Arafah.

Mengetahui tanggal Hijriah pada bulan Dzulhijjah amat penting sebagai pengingat ibadah, apalagi bentar lagi Idul Adha. Tahu tanggal Hijriah dapat memaksimalkan ibadah umat Islam.

Lantas, tanggal berapa Hijriah hari ini, Sabtu 31 Mei 2025? Simak jawabannya di halaman berikutnya lengkap dengan hukum puasa Dzulhijjah di hari Sabtu.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Tanggal Hijriah Hari Ini, Sabtu 31 Mei 2025

Berdasarkan hasil sidang isbat Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, hari ini, Sabtu 31 Mei 2025 bertepatan tanggal 4 Dzulhijjah 1446 Hijriah. Berikut kalender Dzulhijjah 14446 sebulan penuh. 

  • Rabu, 28 Mei 2025 M/1 Dzulhijjah 1446 H
  • Kamis, 29 Mei 2025 M/2 Dzulhijjah 1446 H
  • Jumat, 30 Mei 2025 M/3 Dzulhijjah 1446 H
  • Sabtu, 31 Mei 2025 M/4 Dzulhijjah 1446 H
  • Ahad, 1 Juni 2025 M/5 Dzulhijjah 1446 H
  • Senin, 2 Juni 2025 M/6 Dzulhijjah 1446 H
  • Selasa, 3 Juni 2025 M/7 Dzulhijjah 1446 H
  • Rabu, 4 Juni 2025 M/8 Dzulhijjah 1446 H
  • Kamis, 5 Juni 2025 M/9 Dzulhijjah 1446 H
  • Jumat, 6 Juni 2025 M/10 Dzulhijjah 1446 H
  • Sabtu, 7 Juni 2025 M/11 Dzulhijjah 1446 H
  • Ahad, 8 Juni 2025 M/12 Dzulhijjah 1446 H
  • Senin, 9 Juni 2025 M/13 Dzulhijjah 1446 H
  • Selasa, 10 Juni 2025 M/14 Dzulhijjah 1446 H
  • Rabu, 11 Juni 2025 M/15 Dzulhijjah 1446 H
  • Kamis, 12 Juni 2025 M/16 Dzulhijjah 1446 H
  • Jumat, 13 Juni 2025 M/17 Dzulhijjah 1446 H
  • Sabtu, 14 Juni 2025 M/18 Dzulhijjah 1446 H
  • Ahad, 15 Juni 2025 M/19 Dzulhijjah 1446 H
  • Senin, 16 Juni 2025 M/20 Dzulhijjah 1446 H
  • Selasa, 17 Juni 2025 M/21 Dzulhijjah 1446 H
  • Rabu, 18 Juni 2025 M/22 Dzulhijjah 1446 H
  • Kamis, 19 Juni 2025 M/23 Dzulhijjah 1446 H
  • Jumat, 20 Juni 2025 M/24 Dzulhijjah 1446 H
  • Sabtu, 21 Juni 2025 M/25 Dzulhijjah 1446 H
  • Ahad, 22 Juni 2025 M/26 Dzulhijjah 1446 H
  • Senin, 23 Juni 2025 M/27 Dzulhijjah 1446 H
  • Selasa, 24 Juni 2025 M/28 Dzulhijjah 1446 H
  • Rabu, 25 Juni 2025 M/29 Dzulhijjah 1446 H
  • Kamis, 26 Juni 2025 M/30 Dzulhijjah 1446 H
3 dari 3 halaman

Puasa Dzulhijjah di Hari Sabtu, Bolehkah?

Dalam cerama KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menjelaskan perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum puasa hari Sabtu.

"Memang disebutkan ada satu riwayat, ‘jangan berpuasa hari Sabtu kecuali yang diwajibkan untuk kalian seperti untuk mengqadha atau karena nazar dan sebagainya.’ Kemudian hadis itu sendiri ulama berbeda pendapat antara yang mengatakan hadis ini sahih dan bisa diterima, serta sebagian mengatakan tidak," ujar Buya Yahya.

Ia menjelaskan bahwa dalam memahami hadis tersebut, ulama memiliki pandangan yang beragam. Ada yang menganggap hadis ini sahih dan berlaku secara umum, sementara ada pula yang menilai bahwa hadis tersebut tidak bisa dijadikan dasar hukum yang kuat.

Menurut Buya Yahya, mayoritas ulama dari tiga mazhab—Hanafi, Syafi'i, dan Hambali—berpendapat bahwa puasa khusus di hari Sabtu hukumnya makruh. Artinya, puasa pada hari tersebut sebaiknya dihindari jika tanpa alasan yang jelas.

Adapun menurut mazhab Imam Malik, puasa di hari Sabtu tidak dianggap makruh. Mazhab ini memandang bahwa tidak ada larangan khusus dalam berpuasa di hari tersebut, sehingga diperbolehkan sebagaimana hari-hari lainnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa pendapat para ulama empat mazhab ini menunjukkan bahwa hukum puasa di hari Sabtu bergantung pada niat dan alasan seseorang dalam menjalankannya. Jika dilakukan secara khusus tanpa sebab tertentu, maka dalam tiga mazhab hukumnya makruh.

Namun, jika puasa hari Sabtu dibarengi dengan puasa di hari sebelumnya atau setelahnya, maka hukum makruh tersebut menjadi hilang. Hal ini juga berlaku jika puasa dilakukan karena ada kewajiban qadha, nazar, atau karena bertepatan dengan puasa sunnah yang disunnahkan.

Dengan demikian, menurut Buya Yahya, seseorang yang ingin menjalankan puasa qadha atau puasa sunnah di hari Sabtu tetap diperbolehkan selama ada sebab yang mendukungnya.

Dalam penjelasannya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk memahami kaidah fiqih dalam menjalankan ibadah puasa. Ia menekankan bahwa mengetahui perbedaan pendapat dalam mazhab dapat membantu seseorang untuk menjalankan ibadah dengan lebih tenang.

Ia juga mengingatkan bahwa dalam Islam, tidak semua larangan bersifat mutlak. Beberapa larangan dapat berubah hukumnya jika ada sebab yang membolehkan, sebagaimana dalam masalah puasa hari Sabtu ini.

Menurutnya, seseorang yang memiliki utang puasa Ramadan dan hanya memiliki kesempatan di hari Sabtu tetap boleh mengqadha puasanya tanpa rasa ragu. Hal ini karena puasa qadha termasuk dalam kategori puasa wajib yang dikecualikan dari larangan berpuasa di hari Sabtu.

Begitu pula dengan puasa nazar, seseorang yang telah berniat berpuasa di hari Sabtu karena nazar tetap diperbolehkan menjalankannya. Nazar merupakan kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga tidak terpengaruh dengan larangan puasa hari Sabtu secara umum.

Selain itu, Buya Yahya juga menjelaskan bahwa jika seseorang ingin menjalankan puasa sunnah di hari Sabtu, seperti puasa Daud atau puasa Ayyamul Bidh, maka tidak ada masalah karena puasa tersebut memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Namun, jika seseorang berpuasa hari Sabtu tanpa sebab yang jelas dan hanya mengkhususkan hari tersebut, maka dalam tiga mazhab hukumnya tetap makruh. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggabungkan puasa hari Sabtu dengan puasa di hari lain agar lebih baik secara hukum fiqih.

Wallahu a’lam.

OSZAR »