Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menuduh PM Inggris Keir Starmer, PM Kanada Mark Carney dan Presiden Prancis Emmanuel Macron memihak Hamas.
Dalam video yang diunggah di platform media sosial X, yang ditujukan untuk menanggapi penembakan terhadap staf Kedutaan Besar Israel di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Netanyahu mengatakan bahwa Starmer, Macron, dan Carney ingin agar Israel mundur dan menerima bahwa "pasukan pembunuh massal Hamas akan tetap ada".
Baca Juga
Downing Street menolak memberikan komentar langsung terhadap pernyataan Netanyahu tersebut, namun mereka merujuk pada pernyataan Starmer sebelumnya di platform X yang mengecam penembakan di Washington DC.
Advertisement
Dalam unggahan tersebut, Starmer menyebut antisemitisme sebagai "kejahatan yang harus kita enyahkan".
Pada Senin (19/5), Inggris, Prancis, dan Kanada mengecam perluasan operasi militer Israel serta blokade bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza. Ketiga negara tersebut juga mengancam akan mengambil tindakan konkret jika kebijakan tersebut tidak dihentikan.
Netanyahu menegaskan bahwa Hamas bertujuan menghancurkan Israel dan memusnahkan bangsa Yahudi.
"Saya tidak pernah mengerti bagaimana kebenaran sederhana ini tidak dipahami oleh para pemimpin Prancis, Inggris, Kanada, dan yang lainnya," ujar Netanyahu.
"Saya sampaikan kepada Presiden Macron, PM Carney, dan PM Starmer: ketika para pembunuh massal, pemerkosa, pembunuh bayi, dan penculik berterima kasih kepada Anda, itu berarti Anda berada di pihak yang salah dari keadilan."
"Anda berada di pihak yang salah dari kemanusiaan dan Anda berada di pihak yang salah dari sejarah," tambahnya.
Kecaman Mantan PM Israel untuk Netanyahu Cs
Menteri Urusan Diaspora Israel Amichai Chikli melontarkan pernyataan senada dengan Netanyahu dengan mengatakan bahwa PM Starmer dan para pemimpin lainnya telah memberi semangat kepada kekuatan teror.
Sebelumnya, PM Starmer mengungkapkan bahwa dia merasa ngeri atas tindakan Israel dan menyebut situasi di Gaza sebagai tak tertahankan, seraya menambahkan bahwa keputusan Israel untuk hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan masuk ke Gaza sama sekali tidak memadai.
Dalam wawancara dengan BBC, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyebut pemerintahan Israel saat ini sebagai "gerombolan preman".
Diminta menanggapi pernyataan dari menteri pendidikan Israel yang mengatakan bahwa dirinya seharusnya merasa malu atas wawancaranya sebelumnya dengan BBC, di mana dia menyatakan bahwa tindakan Israel di Gaza mendekati kejahatan perang, Olmert mengatakan, "Omong kosong, mereka adalah sekelompok preman yang sedang mengelola Negara Israel saat ini dan pemimpin geng itu adalah Netanyahu – ini adalah gerombolan preman."
"Tentu saja mereka mengkritik saya, mereka memfitnah saya, saya menerimanya, dan itu tidak akan menghentikan saya untuk mengkritik dan menentang kebijakan keji ini," tegas Olmert.
Israel melancarkan serangan militer di Gaza sebagai respons atas serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang lainnya.
Sejak saat itu pula, otoritas kesehatan Gaza menyatakan setidaknya 53.762 orang telah tewas di Gaza, termasuk 16.500 anak-anak.
Advertisement