Liputan6.com, New Delhi - Media sosial dan media di India ramai pada hari Senin (19/5) atas spekulasi bahwa Pakistan menggunakan rudal Shaheen-II yang mampu membawa hulu ledak nuklir – sebuah rudal balistik jarak menengah dengan jangkauan 2.500 kilometer – namun berhasil dicegat atau ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara S-400 milik India selama Operasi Sindoor.Â
Ini menyusul video yang dikeluarkan oleh Western Command atau Komando Barat Angkatan Darat India pada malam sebelumnya yang memperlihatkan rudal tersebut.
Baca Juga
Kendati demikian video tersebut dihapus pada pagi harinya dan sumber Angkatan Darat India mengatakan gambar tersebut digunakan "hanya untuk representasi" tetapi secara keliru tidak disebutkan.
Advertisement
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Pakistan (MFA) menolak "tuduhan tidak berdasar" yang beredar di beberapa segmen media India, yang "secara keliru" mengklaim bahwa Pakistan menggunakan rudal Shaheen.
Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa klaim ini muncul setelah rilis sebuah video oleh "akun Twitter resmi Angkatan Darat India, yang diklaim menunjukkan penggunaan misil Shaheen milik Pakistan."
"Setelah menyadari bahwa klaim tersebut tidak berdasar, Angkatan Darat India segera menghapus video yang menyesatkan itu. Namun, saat itu, sebagian media India sudah menyebarkan narasi palsu tanpa verifikasi," tambah pernyataan tersebut seperti dikutip dari The Hindu, Selasa (20/5/2025).
"Kementerian Luar Negeri dengan tegas menolak tuduhan tidak berdasar yang beredar di beberapa media India, yang secara keliru menyatakan bahwa Pakistan menggunakan rudal Shaheen selama Operasi Bunyanun Marsoos (BM)," menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri seperti dikutip dari Tribune Pakistan.
Rincian Gambar Video Rudal Shaheen-II Pakistan yang Dihapus India
Adapun video yang beredar menampilkan misil Shaheen dan Fatah milik Pakistan, serta dalam 'respons India' menampilkan misil supersonik BrahMos, sistem roket multi-peluncur Smerch dan Pinaka, dan lainnya. Postingan itu kemudian dihapus, tetapi saat itu video sudah viral di X.
Sumber militer mengatakan bahwa gambar misil Shaheen secara keliru diambil dari sumber terbuka untuk video yang dikompilasikan.
Di sisi lain, militer Pakistan telah mengakui penggunaan misil jarak jauh seri Fatah—F1 dan F2—serta amunisi canggih, drone loitering pembunuh jarak jauh, dan artileri presisi jarak jauh terhadap India antara 7-10 Mei, sebagai respons setelah serangan presisi India terhadap sembilan target teror pada malam 6-7 Mei—yang juga telah dikonfirmasi oleh pejabat setempat.
Sementara itu, kunjungan pejabat dan perwira senior ke lokasi-lokasi depan setelah Operasi Sindoor terus berlanjut. Pada Senin (19 Mei 2025), Kepala Staf Pertahanan (Chief of Defence Staff/CDS) Jenderal Anil Chauhan mengunjungi Suratgarh Military Station dan Naliya Air Force Station, sementara Kepala Angkatan Darat Jenderal Upendra Dwivedi mengunjungi sektor gurun di Rajasthan.
"Misi musuh dinetralisir. #IndianArmy – tembok api yang tak tertembus," cuitan Western Command yang bermarkas di Chandimandir di platform 'X' pada Minggu malam (18 Mei 2025), dengan beberapa hashtag termasuk #JusticeServed.
Advertisement
Kunjungan ke Garis Depan India
Wilayah gurun dari Jaisalmer hingga Kutch menyaksikan respons operasional yang cepat dan terkoordinasi dari Angkatan Darat India (Indian Army), Angkatan Udara India (IAF), dan Border Security Force (BSF). Pejabat militer berinteraksi dengan pasukan di Longewala, Rajasthan, dan memberikan apresiasi atas aksi terkini mereka.
"Aksi gabungan ini tidak hanya menggagalkan niat musuh, tetapi juga menetapkan standar baru dalam mempertahankan dominasi operasional di sektor barat," ungkap pejabat militer India.
Sebagai bagian dari Operasi Sindoor, Angkatan Darat India melakukan rapid deployment aset pengintaian dan sistem pertahanan udara, bekerja sama dengan IAF dan BSF. Salah satu pejabat mengatakan bahwa penempatan terukur sistem senjata dan pendukung operasional lainnya—didukung oleh administrasi sipil—memastikan dominasi area yang efektif dan penetralan ancaman potensial.
Jenderal Chauhan, dalam kunjungannya ke Suratgarh Military Station dan Naliya Air Force Station, berinteraksi dengan pasukan dan menekankan pentingnya "kesiapan operasional dan ketahanan dalam menghadapi tantangan keamanan yang terus berkembang." Ia juga mendapat penjelasan tentang sistem pertahanan udara yang telah ditempatkan.
Kata Analis: Disinformasi
Para analis mencatat bahwa kampanye disinformasi semacam ini merupakan upaya sengaja untuk mengaburkan kegagalan India dalam Operasi Sindoor, yang terjadi akibat kemampuan militer konvensional Pakistan yang terbukti.
"Selain itu, cerita-cerita palsu ini sejalan dengan upaya New Delhi yang terus-menerus mempromosikan narasi menyesatkan mengenai gencatan senjata dan tuduhan tidak berdasar tentang yang disebut 'pemerasan nuklir' oleh Pakistan," jelas Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Rentang senjata yang digunakan Pakistan sejatinya dirinci dalam siaran pers ISPR tanggal 12 Mei. Angkatan Bersenjata Pakistan menggunakan rudal berpandu jarak jauh seri Fatah—F1 dan F2—serta amunisi mutakhir, drone pembunuh loitering jarak jauh yang sangat canggih, dan artileri presisi jarak jauh.
Fatah-1 adalah rudal permukaan-ke-permukaan berpandu yang dikembangkan Pakistan. Seri ini juga mencakup rudal lain, Fatah-2. Menurut media sayap militer Pakistan, Inter-Services Public Relations (ISPR), rudal ini memiliki jangkauan hingga 400 kilometer dan mampu mengenai target dengan akurat.
Situs-situs militer di India and in Indian Illegally Occupied Jammu and Kashmir/IIOJK (India dan di Jammu dan Kashmir yang Diduduki Secara Ilegal India) yang menjadi sasaran aset-aset ini juga tercantum dalam Siaran Pers ISPR tanggal 12 Mei.
Menyebarkan konten yang tidak terverifikasi dan provokatif tidak hanya merusak stabilitas regional tetapi juga mencerminkan buruknya profesionalisme lembaga-lembaga resmi, demikian peringatan juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Advertisement