Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahunnya, umat Islam di seluruh dunia memperingati Tahun Baru Islam, yang jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Di tahun ini, perayaan ini jatuh Jumat (27/6/2025), dalam kalender Masehi.Â
Tahun Baru Islam menjadi momen refleksi bagi umat Muslim dalam menapaki perjalanan spiritual dan kehidupan. Tidak ada pesta kembang api atau hitung mundur, tetapi ada doa, dzikir, puasa, dan pengajian yang menjadi bagian dari tradisi menyambut datangnya tahun baru dalam suasana yang lebih khusyuk.
Baca Juga
1 Muharram bukan hanya sekadar penanda awal tahun dalam sistem kalender Islam, tetapi juga menjadi pengingat terhadap peristiwa penting dalam sejarah Islam, yakni hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa inilah yang menjadi dasar penetapan kalender Hijriah.
Advertisement
Sejarah Kalender Hijriah
Kalender Hijriah disusun pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, sekitar tahun 638 M. Ide ini bermula dari kebingungan Abu Musa Al-Asyari, Gubernur Bashrah, yang menerima surat tanpa penanggalan tahun.
Karena kesulitan mencatat dan mengarsipkan surat-surat, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat untuk mendiskusikan sistem penanggalan yang lebih terstruktur.
Ali bin Abi Thalib kemudian mengusulkan agar peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai titik awal penanggalan Islam. Usulan ini disetujui, dan lahirlah kalender Hijriah yang kita kenal hingga hari ini.
Kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan, yakni Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah. Jumlah harinya sebanyak 354 atau 355 hari, lebih pendek sekitar 11 hari dibanding kalender Masehi.
Â
Pawai obor menyemarakkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriyah di sejumlah daerah. Pawai di antaranya digelar sekitar 1.500 warga di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, serta ribuan warga di Cilacap, Jawa Tengah.
Penentuan 1 Muharram
Tidak semua negara Islam menggunakan metode yang sama dalam menentukan awal bulan. Sebagian negara, termasuk Indonesia, menggunakan kombinasi rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit) dan hisab (perhitungan astronomis) untuk menetapkan 1 Muharram.
Sementara itu, beberapa negara lain menggunakan sistem kalender yang telah dihitung jauh-jauh hari. Akibatnya, tanggal 1 Muharram bisa berbeda di beberapa negara. Meski begitu, inti perayaannya tetap sama, yaitu memperingati momen hijrah dan memperbarui keimanan.
Â
Advertisement
Tahun Baru Islam sebagai Hari Libur Nasional
Beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim, termasuk Indonesia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Tunisia, menetapkan 1 Muharram sebagai hari libur nasional. Hal ini dilakukan untuk memberikan ruang bagi umat Muslim merayakan Tahun Baru Islam dengan tenang dan penuh khidmat.
Di Indonesia sendiri, perayaan Tahun Baru Islam biasanya diwarnai oleh pawai obor, pengajian akbar, santunan anak yatim, dan kegiatan sosial lainnya. Kegiatan ini sering dilaksanakan oleh masjid, sekolah, maupun komunitas masyarakat.
Â
Makna Mendalam Muharram
Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam, di mana umat dilarang melakukan peperangan dan dianjurkan memperbanyak ibadah. Secara khusus, 10 hari pertama di bulan Muharram memiliki nilai keistimewaan yang sangat tinggi.
Bagi umat Syiah, Muharram adalah bulan penuh duka, terutama pada tanggal 10 Muharram (Hari Asyura), yang memperingati gugurnya Imam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa Tragedi Karbala tahun 680 M. Peristiwa ini menjadi momen paling penting dalam sejarah dan identitas keagamaan Syiah.
Sementara itu, umat Sunni juga menghormati Hari Asyura dengan berpuasa, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan bahwa beliau berpuasa pada hari itu dan menganjurkan umatnya untuk berpuasa dua hari, yaitu 9 dan 10 Muharram, sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dan Bani Israel dari kejaran Firaun.
Â
Advertisement