Sukses

Kerja Sama Internasional, Langkah Baru Mahasiswa Kehutanan Indonesia Menuju Global

Kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang dalam sektor kehutanan kini mencapai babak baru.

Diperbarui 12 Jun 2025, 08:05 WIB Diterbitkan 12 Jun 2025, 08:05 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang dalam sektor kehutanan kini mencapai babak baru. Sebanyak 15 mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akan berpartisipasi dalam program intensif di Jepang. Hal ini terwujud setelah Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani oleh Nosuta K.K., Pemerintah Kota Soeda, dan Kyushu Bark Transport Co., Ltd. di Balai Kota Soeda, Prefektur Fukuoka, Jepang, pada Selasa (10/6/2025).

Selama tiga bulan, para mahasiswa ini akan mendapatkan pelatihan intensif di fasilitas Kyushu Bark Transport Co., Ltd., Kota Soeda. Pelatihan tersebut meliputi berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi kehutanan Jepang sebelum mereka mengikuti Ujian Keterampilan Spesifik Kehutanan (SSW). Sertifikasi ini merupakan syarat utama bagi pekerja asing untuk memperoleh visa Pekerja Berketerampilan Spesifik (SSW) di sektor kehutanan Jepang.

Program ini adalah respons atas diperkenalkannya visa baru SSW Kehutanan, yang bertujuan mengatasi berkurangnya tenaga kerja di sektor kehutanan Jepang. Data tahun 2020 menunjukkan rata-rata usia pekerja di sektor ini mencapai 52 tahun. Pemerintah Jepang menargetkan kuota 1.000 pekerja kehutanan dan 5.000 pekerja di industri kayu hingga tahun 2029, sebuah peluang besar bagi lulusan kehutanan Indonesia, yang setiap tahunnya mencapai sekitar 9.000 orang.

 

2 dari 3 halaman

Pentingnya kolaborasi

Presiden Direktur Kyushu Bark Transport Co., Ltd., Hayashi Koichi, menyoroti pentingnya kolaborasi ini. “Pekerjaan kehutanan memiliki risiko tinggi. Kami percaya kerja sama dengan Nosuta yang memahami industri kehutanan, serta dukungan dari program studi kehutanan UMM, mampu meminimalkan risiko dan memastikan integrasi pekerja kehutanan Indonesia ke dalam komunitas lokal Jepang berjalan lancar, sehingga pekerja nyaman berkarir dalam jangka panjang,” ujar Hayashi.

Kepala Program Studi Kehutanan UMM, Galit Prakosa, menambahkan bahwa para peserta program ini adalah mahasiswa S1 yang telah menyelesaikan 3,5 tahun masa studinya. Mereka akan menyelesaikan pendidikan melalui program kerja sama dengan Nosuta sebagai bagian dari inisiatif Center For Future Work yang menghubungkan pendidikan dengan kebutuhan industri.

 

3 dari 3 halaman

Peluang menghidupkan perekonomian lokal

Sementara itu, Wali Kota Soeda, Akio Teranishi, memandang program ini sebagai peluang untuk menghidupkan kembali perekonomian lokal. “Dulu, Soeda memiliki industri kehutanan yang besar dengan sekolah kehutanan sendiri. Namun, sekolah tersebut tutup akibat penurunan populasi. Program ini bisa menjadi titik balik untuk kejayaan industri kehutanan Soeda sekaligus menjadi model revitalisasi kawasan pedesaan di Jepang,” ungkapnya dengan optimisme.

CEO Nosuta, Viko Gara, menjelaskan bahwa kerja sama ini adalah proyek percontohan yang diharapkan dapat terus berkembang. “Kami optimistis kerja sama ini akan membuka jalan bagi lebih banyak mahasiswa kehutanan Indonesia untuk berkarir di Jepang, sekaligus berkontribusi terhadap target pengiriman tenaga kerja serta menjadi langkah awal kebangkitan industri kehutanan dan pengolahan kayu di Jepang,” ujar Viko.

EnamPlus
OSZAR »