Liputan6.com, Beirut - Hari ini tercatat dalam sejarah sebagai momen pasukan Israel menarik diri dari Lebanon selatan—mengakhiri 22 tahun pendudukan. Prajurit terakhir menyeberangi perbatasan pada 24 Mei 2000 sekitar pukul 03.45 GMT, menutup gerbang di belakangnya.
Gerilyawan Hizbullah langsung bergerak ke selatan untuk mengisi kekosongan, menyusul hampir runtuhnya total milisi sekutu Israel, Tentara Lebanon Selatan (SLA).Tentara Lebanon Selatan (SLA).
Baca Juga
Kepala staf angkatan darat Israel mengancam akan menyerang target Suriah di Lebanon jika wilayah utara Israel diserang.
Advertisement
"Jika ada upaya menyerang warga utara atau prajurit [Israel], kami akan menyerang semua elemen pemegang kekuasaan di Lebanon, termasuk target Suriah di Lebanon," kata Kepala Staf Letnan Jenderal Shaul Mofaz pada Rabu 24 Mei 2000 seperti dikutip dari BBC, Sabtu (24/5/2025).
Pemimpin Hizbullah, Syeikh Hassan Nasrallah, bersumpah akan terus berjuang untuk mengusir pasukan Israel dari sebidang tanah yang dikenal sebagai Shabaa Farms, yang berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan.
Perdana Menteri Lebanon kala itu, Selim al-Hoss berharap penarikan ini akan membawa perdamaian di perbatasan negaranya dengan Israel.
Tanpa Korban Jiwa
Saat pasukan Israel mengambil posisi baru di sepanjang perbatasan, sekelompok gerilyawan Hizbullah mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan anti-Israel di dekat Metulla, sisi Lebanon. Beberapa di antaranya, mengenakan seragam militer, membawa senapan serbu Kalashnikov dan roket antitank, serta mengacungkan potret Syeikh Nasrallah.
Perayaan serupa berlangsung di desa-desa di seluruh Lebanon selatan ketika ratusan orang kembali ke rumah yang terpaksa mereka tinggalkan bertahun-tahun sebelumnya.
Seorang perwira militer di Israel utara menggambarkan penarikan itu sebagai "kesuksesan penuh". Dia mengatakan pasukan meninggalkan semua posisi mereka tanpa korban jiwa.
Banyak pos militer Israel di Lebanon selatan diledakkan saat konvoi membawa ratusan tentara melintasi perbatasan.
Penarikan ini—enam minggu lebih cepat dari jadwal—meninggalkan sekutu SLA Israel dalam kekacauan.
Pada Rabu (24/5) pagi, sekitar 180 anggota SLA menyerah kepada polisi Lebanon di Marjayoun, bekas markas pasukan Israel dan SLA, saat Hizbullah masuk.
Â
Advertisement
Mencari Perlindungan
Panglima SLA, Jenderal Antoine Lahd, yang berada di Metulla, dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan jika kembali ke Lebanon.
Army Radio Israel melaporkan bahwa Jenderal Lahd akan bertemu Perdana Menteri Israel Ehud Barak untuk membahas nasib SLA dan situasi di Lebanon selatan.
Lebih dari 1.000 warga Lebanon, kebanyakan anggota SLA dan keluarga mereka, telah menyeberangi perbatasan mencari perlindungan dari kemungkinan balas dendam Hizbullah.
Israel telah menawarkan perlindungan kepada lebih dari 5.000 warga Lebanon.
"Mereka mendapatkan visa dan memiliki waktu satu tahun untuk memutuskan apakah ingin tinggal di Israel, Lebanon, atau memulai hidup baru di luar negeri. Itu sepenuhnya pilihan mereka," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel.
Pertempuran Berlanjut
Hizbullah menyatakan bahwa pendudukan tidak akan dianggap berakhir kecuali Israel membebaskan tahanan Hizbullah dan mundur dari Shabaa.
Israel menyatakan bahwa tanah Shabaa bukan bagian dari Lebanon, melainkan wilayah yang mereka rebut dari Suriah pada 1967.
PBB juga menetapkan bahwa wilayah itu bukan bagian dari pendudukan Israel. Namun, Suriah menyatakan telah menyerahkan tanah itu kepada Lebanon.
Perdana Menteri Israel Barak menuduh Damaskus melakukan segala daya untuk menggagalkan penarikan ini. Suriah masih menempatkan ribuan pasukan di Lebanon.
Tambahan Pasukan Unifil
Prancis pada Rabu (24/5) menyambut baik penarikan Israel dan bersedia mengirim lebih banyak pasukan untuk memperkuat Pasukan Sementara PBB di Lebanon (Unifil).
Namun, Menteri Luar Negeri Prancis Hubert Vedrine mengatakan kontribusi lebih lanjut Prancis bergantung pada sikap bertanggung jawab Lebanon, Suriah, dan Israel terhadap situasi baru di Lebanon. Prancis saat ini telah menyumbang 240 tentara untuk Unifil.
Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan kala itu mengatakan PBB akan memverifikasi penarikan Israel. Dia juga merekomendasikan agar pasukan penjaga perdamaian saat ini di Lebanon yang berjumlah 4.515 orang ditingkatkan menjadi 5.600, kemudian segera dinaikkan menjadi 7.900 untuk membantu pemerintah Lebanon mengambil kembali kendali atas wilayah tersebut.
Advertisement